"Kirim cerpenmu ke Kompasiana, Pos. Pasti banyak yang suka."Kata temanku satu kelas di SMA, Henki, yang lebih dahulu "joint" di Blog keroyokan ini delapan tahun yang lalu.
Akupun bertanya di "inbox facebook" caranya bergabung ke "K" dan tanpa baca-baca dahulu "term and condition" langsung "posting" semua tulisanku di "FB", "multiply" dan blog lain ke Kompasiana dalam sehari, sampai akhirnya diperingatkan "admin" bahwa melakukan "upload" satu jam hanya boleh sekali.
Dan belakangan beberapa bulan kemudian baru aku tahu bahwa semua "postingan" yang pernah dimuat di media lain akan dianggap "copy paste" walaupun yang membuat orang yang sama.
Tulisanku berupa cerpen, puisi, humor dan opini berkisar 200-an di berbagai media selama beberapa tahun, mungkin selesai aku muat di Kompasiana dalam sebulan pertama dan selesai sudah. Kreatifitasku sudah tercurah semua dan aku berpikir akan "selesai" di Kompasiana.
Ternyata tidak, ada banyak teman yang menulis rada "nyeleneh", akupun ikut-ikutan komunitas PK, Planet Kenthir yang kini menghilang, batu nisannya pun tidak tampak. Dulu, tulisan usil, "rada ngeres" dan saling "bully" menjadi daya tarik tersendiri dalam menulis.
Kemudian ada juga "Fiksiana Community" yang awalnya terinspirasi blog Kampung Fiksi, anggotanya di "FB" Â ribuan orang dan sering membuat "event online". Sayapun sering ikutan.
Tidak lupa panggilan profesi, membuat saya wajib menulis tentang dunia medis, walau secara kaca mata awam, karena hidup ini berat, alangkah susahnya teman-teman sekalian harus saya suguhkan istilah-istilah medis yang membingungkan itu.
Berlanjut ke politik,seni,film dan "traveling" , intinya mau menulis apapun asal dapat dipertanggungjawabkan, lakukan saja. Akan selalu saja ada yang membaca, kalau kita rajin membaca tulisan teman lainnya. Itu yang namanya "connecting".
Penulis senior saya Om Jay dan om Katedra, membuat saya salut karena mencanangkan satu hari menulis minimal satu. Tadinya saya ikuti, pada akhirnya, ya capek juga.
Belakangan saya aktif di Kompal, Kompasianer Palembang, karena aktifitas "offline" lebih memungkinkan di komunitas ini, karena jarak kita dekat. Apalagi kota Palembang jarang diulas oleh pihak luar, maka harus orang dalam yang membahas.
Siapakah saya sebelum ikut Kompasiana? Bukan siapa-siapa, hanya penulis lepas-lepasan yang tidak tahu mau hinggap dimana.