Mohon tunggu...
anshar tawaulu
anshar tawaulu Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Literasi di Ambang Kematian

12 November 2017   08:43 Diperbarui: 12 November 2017   09:23 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Bahrum Tawaulu

Literasai merupakan kemampuan membaca, menulis dan memahami secara kontekstual yang di miliki seseorang. Kemampuan yang bukan secara lahiriah dimiliki manusia, namun kemampuan yang di peroleh dari proses panjang pembelajaran.

Membaca, menuluis, berdiskusi adalah budaya yang sering di artikan sebagai budaya literasi. Budaya seperti ini lahir dari pada keinginan yang di miliki oleh individu-individu, budaya inilah yang seharusnya di tekuni oleh generasi muda indonesi sebagai pemegang tonggak estafet perjuangan bangsa, karena dengan literasi generasi mudah akan terdidik dalam mengembangkan kemampuan intelektua serta kapasitasnya.

Namun realitas yang terjadi dewasa ini budaya literasi itu sendiri telah kehilangan identitas, ada semacam distorsi yang terjadi karena pergeseran jaman, yang akhirnya membuat ruang segregasi antara pelajar dalam hal ini pemuda dengan budaya literasi itu sendiri.

Ada beberapa hal yang menerut hemat penulis sebagai pemicu lahirnya ruang-ruang segregasi terhadap proses literasi anatara lain;

Budaya literasi (membaca, menulis) tidak di tanamkan sejak dini

Kurangnya penanaman nilai-nilai literari sejak dini oleh orang tua, adalah salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya ketidaksukaan anak terhadap proses membaca dan menulis dalam hal ini literasi itu sendiri. Orang tua malah menghadirakan ruang pemisah anatara anak dengan budaya literasi, sehingga terciptalah pribadi yang phobia terhadap proses literasi.

literasi hanya sekedar hobi

Penempatan proses literasi sebagai hobi akan menciptakan kesenjangan anatara kebutuhan terhadap literasi itu sendiri, artinya jika membaca dan menulis dalam hal ini literasi hanya di jadikan sebagai hobi maka proses itu hanya akan berlangung pada waktu-waktu tertentu, di situlah akan tercipta ruang segregasi antara individu dan kebutuhan terhadap membaca dan menulis. Paradigama semacam ini yang seharusnya di rokontruksi dalam mencapai sebuah perubahan, seharusnya literasai di jadikan sebagai kebutuhan primer, kebutuhan yang seharusnya di penuhi setiap saat, agar terjadi proses berkelanjutan yang menyebabkan literasi sebagai proses kewajiban yang harus di tunaikan.

Perkembangan teknologi yang pesat

Dengan berkembangnya teknologi turut mengambil peran dalam menciptakan ruang pemisah anatara budaya literasai dengan kehidupan masyarakat, teknologi dengan perkembanganya yang amat pesat orang lebih suka bermain gadget ketimbang baca buku, akhirnya ruang-ruang literasi secara tidak sadar di tinggalkan. Di tamba dengan perkembangan media masa yang cukup marak turut mengambil peran dalam instrument pendukung dari kemajuan teknologi itu sendiri mengakibatkan budaya literasi mengalami pergesaran tempat dari rana kehidupan praksis masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun