Mohon tunggu...
Komang Sumertawan
Komang Sumertawan Mohon Tunggu... Dokter - Tentang Saya

Orang Bali yang merantau ke Bali, senang dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan, saat ini berprofesi sebagai dokter Ayurveda, mencari rejeki di Ubud; senang dengan segala hal yang berkaitan dengan komputer dan teknologinya walaupun saat ini tidak begitu aktif karena padatnya aktivitas pekerjaan; senang dengan aktifitas dengan kamera, walaupun kameranya jarang dipakai.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Neraka Sehari: Sebuah Nostalgia di UNILA

21 September 2010   15:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:04 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya tidak tahu neraka itu ada dimana, karena banyak sekali pendapat-pendapat yang berbeda tentang keberadaan neraka, sehingga cukup membingungkan. Ada yang bilang neraka itu ada di bawah tanah, yang akan kita dapati setelah kita mati jika semasa hidup kita berbuat banyak dosa. Tentu juga ada pendapat lain yang berbeda.

Namun bagi saya neraka itu ada di dunia ini, dunia kita saat ini. Seperti pengalaman saya, saya mendapatkan neraka sehari di kampus UNILA. Kok bisa? ya bisa aja. Akan saya ceritakan, sambil bercerita masa lalu saya, walaupun baru sekitar 10 bulan yang lalu.

Sebagai pembuka, maka dengan bangga saya ceritakan kepada kompasianer semua bahwa saya sudah punya pacar yang cantik (menurut saya...). Sekitar bulan Desember tahun lalu dia wisuda di UNILA (karena dia kuliah di UNILA). Selanjutnya karena dia wisuda saat itu, maka saya diminta untuk pulang ke Lammpung untuk ikut menghadari wisudanya. Dia bilang begini: kalo bener-bener sayang sama saya maka kamu harus hadir saat saya wisuda, kalau tidak........(wah saya diamcam ceritanya). Maka saya pun berangkat ke Lampung sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan.

Singkat cerita, Sang pacar, orang tuanya, termasuk saya sudah di UNILA pada saat hari H wisuda. Dengan dengan berjuta-juta perasaan senang saya berjalan di samping sang pacar. Perlu saya ceritakan hari itu pacar saya terlihat cuantik banget. Maklum sih...katanya dia dandan di salon yang paling bagus di Bandar Lampung.

Namun apa boleh dikata, saat memasuki ruangan wisuda, hanya dua orang saja yang boleh menyertai wisudawan dan wisudawati masuk ruangan wisuda. Maka saya seperti anak ayam kehilangan induknya. Celingak celinguk. Dengan segala kebodohan yang dimiliki saya bertanya pada satpam yang bertugas di pintu masuk, bagaimana saya bisa masuk pak? Mereka jawabnya tetap tidak bisa mas, undangan untuk masing-masing mahasiswa hanya dua orang. Akhirnya untuk menghilangkan rasa jenuh, saya ajaklah satpam-satpam tersebut ngobrol ngalor ngidul.

Sepertinya saat kami ngobrol ada setan suap yang lewat. Maka salah satu satpam yang berkulit hitam meminta saya untuk mendekat dan berbisik pada saya " kalo mas mau masuk, kasi saya uang rokok, silakan mas masuk." begitu bisiknya. Karena saya termasuk orang yang imannya tidak kuat, maka saya turuti bisikan si satpam hitam tersebut. Saya selipkan 10 ribu rupiah di saku celananya, maka sayapun lolos masuk. Tak apalah sekali-sekali demi sang kekasih tercinta, begitulah pikir saya. Jika ada anggota KPK yang baca ini, tolong jangan dijadikan kasus ya....

Ternyata setelah di dalam runagn wisuda, rungannya sangat panas. Saya lihat ventilasi rungan, sagat tidak pas untuk tempat wisuda, apalagi dihadiri oleh orang tua mahasiswa yang wisuda. Boleh dibilang ruangannya sangat tidak layak. Namun beruntunglah lama kelamaan terasa sejuk juga (mungkin karena sudah saking panasnya ya). Kawah neraka pertamana yang saya ceburi.

Singkat cerita, acara wisuda selesai dan kami semua keluar ruangan. Setiba di luar, maka undangan untuk masuk kawah neraka selanjunya datang. Saya pengen buang air kecil. Saya bertanya-tanya kepada beberapa orang disekitar saya tentang keberadaan rungan semedi yang bernama 'toilet" itu karena tidak ada petunjuk di sekitar rungan tersebut tentang toilet. Setelah masuk toilet, maka aroma neraka mulai saya rasakan. Toiletnya berantakan, becek sana sini, bau pesing yang sangat menyengat, sumpek karena banyak sekali orang yang mau buang air, rungan hanay dua, dan yang terakhir adalah tidak ada air sama sekali di toilet tersebut. Mungkin di sinilah derajat air mineral menurun, karena mereka dipakai untuk menyiram toilet. Jadi orang-orang yang mau buang air harus membawa air sendiri, dan solusinya adalah air mineral.

Karena tidak tahan menunggu dan tidak tahan dengan bau yanga ada, maka saya urung untuk pipis, saya putuskan untuk mencari toilet yang lain. Kebetulan sekali saya bertemu dengan satpam di parkiran kendaraan. Dia sedang mengatur kendaraan yang akan keluar dari area parkir. Saya tanya dimana ada toilet lain. sambil saya katakan bahwa toilet di gedung serba guna tersebut terlalu bagus bagi saya, karena aromanya sangat menyengat. Pak satpan menunjuk ke gedung rektorat. Dengan gagahnya sambil berlari-lari kecil saya menuju gedung rektorat untuk "setoran". Kenyataan yang ada sangat kontras sekali. Jika di gedung serba guna tidak ada air, maka di gedung rektorat airnya sangat berlimpah. Karena saking berlimpahnya, sampai lantai toilet kebanjiran kira-kira setebal jempol kaki orang dewasa. Karena sudah tidak ada pilihan lain, maka saya paksakan masuk, dan saya naik di sekat pembatas air agar sepatu dan kaki tidak basah.

Dalam hati saya berfikir, sangat lucu sekali kampus sebesar UNILA ternyata toiletnya bermasalah semua, bahkan sampai ke gedung rektorat. Bisa dibayangkan, di gedung rektorat saja toiletnya seperti itu, bagaimana dengan di gedung lainnya?

Sambil kembali ke mobil saya tersenyum-senyum karena saking kesalnya pada toiletnya UNILA. Saya dekati satpam yang semula saya tanya. Saya bilang. Wah pak, masak kampus sebesar UNILA toiletnya tidak ada yang beres. Di gedung sebaguna, berbau parfum alami yang menyengat dan tidak ada air, sedangkan di rektorat malah kebanjiran. benar-benar unik pak. Pak satpam pun tersenyum salah tingkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun