Mohon tunggu...
Putri Yuni
Putri Yuni Mohon Tunggu... -

biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cara Hidup Bahagia.

6 Juni 2014   23:34 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:57 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Konsep menarik yang ditulis Al-Ghazali di Alchemy of Happiness;

Untuk hidup bahagia pertama-tama manusia harus mengenali dirinya (The knowledge of Self), kedua mengenali Tuhannya (The knowledge of God), ketiga mengetahui dunia dimana dia hidup (the knowledge of this world  as it really is) dan yang terakhir pengetahuan tentang alam baka (the knowledge of the next world as it really is).

Perlu ditekankankan kalau saya belum mendalami lebih jauh yang beliau maksud dari poin diatas, tapi yang saya tahu Al-Ghazali ini pinternya uda bukan rahasia umum lagi. Dia mencoba mendekatkan rasio dengan Tuhan tapi nampaknya malah menjadi penyebab dia menderita nervous breakdown di akhir pertengahan hidupnya. Makanya kemudian dia memutuskan berkelana mencari apa sih arti hidup sebenernya. Dan nemu ini proses menuju kebahagiaan.

The knowledge of Self mengingatkan sama ide Jung dan Freud tentang self yo. Kalau Ghazali bilang manusia itu ada unsur binatang, setan sama malaikat *menurut interpretasi tapi bukan dalam artian ada bentuk dua makhluk gaib disamping kita*

Kata Beliau manusia bisa jadi lebih binatang daripada binatang sekalipun. Saya jadi ingat kata bestiality yang merujuk pada dongeng Tangkuban perahu, konon katany si Ayah aslinya anjing kan.

Btw, btw poinnya adalah didalam psyche (bahasanya Jung) manusia ada tiga hal itu. Jung sendiri juga memaparkan hal yang serupa tapi beda namanya. Persona, anima/animus, shadow(bayangan), dan ego, dan self.

Singkatnya persona adalah topeng-topeng yang biasa kita pakai agar bisa diterima masyarakat, teman, kekasih, calon mertua dll. Persona adalah permukaannya saja dan persona ada banyak macam bentuknya. Mungkin salah satunya saya sedang memakai persona didalam tulisan saya agar kalian para pembaca lebih tertarik untuk meneruskan membaca lebih lanjut.

Saya menyadari waktu gempa dan debu vulkanik itu, banyak persona yang dipakai orang sekitar saya rontok, pelan-pelan luluh. Seakan-akan mengingat mati adalah cara ampuh untuk mengerti isi hati seseorang. Mungkin diantara kalian yang anggota SAR mengerti maksud saya?

Yang kedua adalah anima/animus. Percaya enggak kalo setiap individu itu punya gender berlawanan didalam dirinya. Misal kalian memperhatikan enggak sih kalau ibu single parent keliatan kuat banget? kebanyakan ibu single parent yang saya temui bisa mendoble pekerjaan jadi ayah dan jadi seorang ibu.

Jung percaya bahwa setiap pria punya sisi wanita didalam alam bawah sadarnya yang disebut anima dan setiap wanita punya sisi pria didalam diri dia yang disebut animus. Anima/animus inilah yang menyebabkan gaya gravitasi seseorang tertarik kepada lawan jenis (biasanya, tapi kalau gay dan lesbi uda lain ceritanya).

Anima/animus ini juga yang menyebabkan setiap hubungan semacam roller coaster. Orang biasanya memprojeksikan anima/animusnya kepada pasangan mereka. Ketika projeksi itu tidak sesuai dengan kenyataan, disitulah awal mula konflik. Jung bilang asal keharmonisan hubungan antar manusia ada disini. A projection.

Anima/animus ini agak sedikit rumit. Mudahnya coba pikirkan 3 jawaban dari pertanyaan ini untuk pria "sebagian besar wanita itu..." dan untuk wanita "mayoritas pria itu..."

coba perhatikan jawaban kalian, itu adalah karakteristik anima/animus kalian.

Pria yang tidak dekat dengan anima nya biasanya mudah galau atau malah suka menindas perempuan. Dan wanita yang tidak dekat dengan animusnya biasanyya skeptikal, hobi mengkritik, aggresif, hobi marah-marah.

Dan pria yang dekat dengan anima nya bisa mengidupkan sense of creation yang dia punya, semacam menciptakan sesuatu, kalem, tenang karena memang hakekat wanita seperti itu procreate. Dan wanita yang dekat dengan animusnya bisa pakai logika dia untuk hidup lebih baik, semacam mendapat bimbingan dari figur ayah...

Kalau pakai konsepnya Al-Ghazali anima/animus ini bisa jadi bagian setan manusia (karena salah satu pemicu kepribadian yang toxic) tp juga bisa masuk dalam golongon malaikat karena kalau bisa menyeimbangkan diri dengan anima/animus bisa luar biasa pengaruhnya.

Trus shadow... Shadow ini adalah perilaku yang dikecam didalam budaya dimana kita tumbuh besar , agama dan masyarakat kita. Misal kekerasan, memerkosaan, pembunuhan, incest. Tapi itu ada, mereka jadi bagian dari kita. Dan kata Jung, untuk mengenali shadow orang lain kita harus mengenali shadow kita sendiri. Apa sih sisi gelap kita (our dark sides) atau kata lain, apa sih pribadi setan milik kita?

Dan yang terakhir adalah ego (saya tidak tahu sistem id, ego nya Freud sama atau tidak tapi sepertinya tidak)

Kata Al-Ghazali sisi binatang manusia adalah rasa lapar, sex drive, pokoknya semua sisi yang kalian bisa temukan di diri manusia yang ada juga didalam diri hewan.

Salah satu surat di Al-Qur'an bilang, untuk bisa kembali kepada Allah kita harus membunuh nafs. Nafs disini mungkin adalah hawa nafsu, ego, itu. Tapi saya kurang tahu jadi penjelasan saya bakal berhenti disini.

Trus poin tulisan saya?

Well, saya cuman mau menghubungan sesuatu yang nampaknya ada hubungannya lagian saya perlu sesuatu untuk meluapkan ide didalam benak saya dan tulisan ini jadi medianya.

Metode Jung untuk mengenal diri (atau self) itu cukup efektif loh. Mungkin bisa membantu anda sekalian buat merasa lebih bahagia.

Saya jadi ingat cerita tentang seorang pengembara yang naik kuda, trus hari itu sudah malam. Dia ketemu sama seseorang yang ngaku sedang nyari cincin emas dia yang hilang merangkak dijalanan. Trus si pengembara bertanya "emang hilangnya dimana?" si orang ini menjawab "dirumah sih, tapi jalan ini lampunya lebih terang..."

Trus si pengembara bergumam. "Sinting..."

Kira-kira kita seperti itu, kita mengira kita bakal bahagia kalau pindah ke situasi tertentu, atau bertemu dengan manusia idaman tertentu semacam yakin kalau mereka bisa buat kita bahagia. Padahal kebahagiaan itu adalah state of mind yang sebenernya harus dicari didalam diri kita sendiri.

Tapi tahu apa sih saya tentang kebahagiaan? Tahu apa sih saya tentang kesengsaraan hidup. jujur saja kalo diukur dari 1-10, level kebahagiaan saya stabil 8. Walau kadang galau juga kalau koneksi internet baru lemot atau kalau baca berita di TV, rasanya pingin jedotin kepala :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun