Matahari mulai bersinar. Transisi malam telah usai. Teja telah merambat bumi. Seiring embun bergelantungan di dedaunan yang bersemi di sejumlah taman kota itu.
Meski angkasa diselimuti kabut asap. Terpapar dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dari sejumlah titik di Riau. Namun, indahnya kota tetap terlihat. Terlebih beberapa taman yang ditumbuhi aneka bunga. Teranyar, taman bambu runcing di pusat kota. Jalan protokol, Jenderal Ahmad Yani.
Sejak beberapa tahun belakangan, Kota Langsa, Propinsi Aceh kian berbenah. Tidak hanya soal kesejahteraan. Keindahan dan tata kota juga jadi perhatian Usman Abdullah--Walikota dua periode itu.
Khusus taman, Wali Kota Langsa ini, langsung turun tangan. Ia gemar keindahan. Termasuk menata taman. Tapi semua itu tak bisa langsung dilakoni. Mengingat seabrek tugas lain yang perlu dilaksanakan.
Karenanya, perpanjangan tangan tentu menjadi pilihan. Disinilah, tulisan ini dimulai. Tentang betapa piawainya aktor yang menata taman kota, beberapa tahun belakangan.
Di pojok taman. Sejumlah orang mulai beraktivitas. Mengganti tanaman yang mati/layu, dengan bunga baru yang segar. Lainnya, tampak menyirami bunga di taman dan memupuknya.
Sementara, seorang bertubuh tegap, kulit sauh matang, berkumis tipis, tampak sibuk mengatur para pekerja. Sesekali dia memberi arahan. "Ini diganti dengan yang baru. Supaya terus indah taman kita ini," sebut pria jejaka itu.
Ya, soal taman. Meski dinaungi Dinas Lingkungan Hidup. Tapi, pemuda tadi adalah orang paling bertanggung jawab dalam pekerjaan taman. Agus Setiawan. Begitu nama tersemat pada sosok humoris dan ringan tangan ini.
Dikalangan petugas taman. Agus Setiawan lebih acap disapa Agus Mandor. Mungkin, keberadaannya sebagai mandor melekat sampai sapaan akrabnya demikian. Meski mandor taman, Agus tak lantas jumawa. Ia singsingkan lengan baju, menanam, memupuk bahkan menyirami tamanan di taman kota maupun di ruas trotoar jalan protokol kota itu.