Mohon tunggu...
Pocut Ghina Shabira
Pocut Ghina Shabira Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswi

Traveler. Blogger. Bollywood Lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prostitusi, Salahkah?

28 September 2018   15:38 Diperbarui: 16 November 2018   12:29 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar judul artikel ini pasti sebagian orang memiliki pikiran negatif. Ya, image kata yang satu ini memang cenderung berkonotasi negatif. Prostitusi sendiri bila diartikan merupakan penjualan jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK).

Ada istilah di mana prostitusi merupakan the oldest job in the world. Pernyataan ini bisa jadi benar. Jika kita melihat ke belakang, praktik prostitusi khususnya di Indonesia sudah ada sejak zaman sebelum para penjajah Eropa datang ke Indonesia. Sudah sangat lama, bukan?

Di Indonesia sendiri prostitusi dianggap sebagai sebuah kejahatan dan tindakan asusila. Hal ini memang benar jika kita melihat dari segi norma agama dan norma hukum. Namun, apakah semua orang terkhusus wanita yang berada di dalam dunia tersebut menginginkan dirinya menjalani pekerjaan ini?

Kita tentunya sudah sering mendengar berita-berita mengenai penggusuran daerah lokalisasi di berbagai kota di Indonesia. Salah satu lokalisasi legendaris yakni Lokalisasi Dolly di Surabaya. Lokalisasi Dolly atau yang sering disebut "Gang Dolly" sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama tante Dolly van der mart. Dari sinilah istilah "Dolly" disematkan.

Pada Juni 2014, pemerintah kota Surabaya berhasil menutup Lokalisasi Dolly. Menurut saya ini merupakan suatu hal yang mengejutkan. Bila dilihat dari sejarah Gang Dolly yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Tentunya bukan hal mudah untuk menggusur suatu tempat yang telah berusia ratusan tahun. Bahkan Gang Dolly merupakan salah satu lokasi prostitusi terbesar se-Asia Tenggara dengan mengalahkan lokasi prostitusi yang ada di Thailand (Patpong) dan Singapura (Geylang). Sebuah rekor yang mencengangkan.

Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang kemanusiaan, apakah yang salah dari sebuah lokalisasi dan prostitusi?

Setiap manusia terlahir dengan jalan hidupnya masing-masing yang telah digariskan oleh Tuhan. Kaya-miskin, cantik-tampan, muda-tua, hitam-putih, eropa-asia, semuanya sudah ditentukan. Namun, bagaimana cara kita menjalani dan bertahan hidup itulah yang harus diperjuangkan. Bagaimana kita agar hidup berkecukupan, dapat memiliki pekerjaan yang tetap, dan tentunya bagaimana bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Pernahkah kita berpikir, apakah semua perempuan dan wanita yang bekerja di sebuah lokalisasi sedari kecilnya bercita-cita untuk menjadikan dunia prostitusi sebagai tujuannya di masa depan? Saya yakin tidak ada yang berpikiran seperti itu. Lalu, apa yang harus mereka lakukan bila mereka terpaksa harus memasuki dunia tersebut hanya untuk 'menyambung nyawa' mereka? Bukankah mempertahankan nyawa hukumnya wajib? Lalu di mana salahnya?

Di era sekarang lapangan pekerjaan adalah suatu hal yang langka. Angka pengangguran setiap tahun kian meningkat. Kriminalitas terjadi di mana-mana hanya karena orang-orang tidak memiliki pekerjaan. Tuntutan hidup semakin banyak. Harga bahan pokok terus naik, sedangkan kondisi ekonomi kian menurun. Sangat menyedihkan bila kita melihat keadaan seperti ini.

Salah satu dunia yang menawarkan penghasilan yang tinggi dan syarat yang mudah adalah prostitusi. Tidak perlu ijazah, tidak perlu nilai IPK, tidak perlu gelar. Hanya bermodalkan diri, waktu dan tempat, akan dengan mudah siapapun yang ingin memasuki dunia tersebut. 

Hal inilah merupakan salah satu alasan mengapa para perempuan dan wanita menjatuhkan pilihan mereka di saat perekonomiannya kian melarat. Mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus melakukan hal tersebut. Bukan sesuatu yang mudah tentunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun