Mohon tunggu...
pmm ummselorejo
pmm ummselorejo Mohon Tunggu... Lainnya - semangat KKN

AMORFATI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PMM UMM 72 Mengulik Sejarah Desa Selorejo bersama Perangkat Desa

24 September 2020   18:02 Diperbarui: 24 September 2020   18:07 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PMM UMM 72 sedang berdiskusi dengan perangkat desa mengenai sejarah desa Selorejo, Foto : (PMM UMM 72)

Desa Selorejo pada awalnya merupakan daerah hutan, diawali oleh tetua yang "babat alas" untuk membuka ladang serta tempat tinggal bagi warga. Sekitar pertengahan abad 18, Mbah H. Turejo dan Mbah Sayang yang memimpin mengawali pembukaan pertama kali di desa selorejo ini. Pada awal permulaan, desa ini bukanlah bernama Selorejo. 

Akan tetapi bernama Desa "Watugedhe", yang memiliki arti kurang lebih batu besar. Dinamakan Watugedhe, karena didaerah ini terdapat 2 buah batu yang berukuran sangat besar yang konon pada awalnya tinggi dan lebarnya jauh dari ukuran batu pada umumnya. Itu yang menjadi alasan bagi Mbah H. 

Turejo menamakan daerah ini sebagai daerah Watugedhe. Konon juga terdapat kepercayaan bahwa diantara batu itu memiliki kekuatan mistik, dikarenakan beberapa orang menjadi korban ketika berusaha untuk memecah batu tersebut dikarenakan menghalangi jalan dimana posisi batu itu berada. Dalam perkembangannya, Watugedhe ini berubah menjadi daerah Selorejo dimana memiliki arti Selo merupakan batu (dalam bahasa jawa) dan rejo sendiri itu diambil dari nama pendiri desa itu yakni Mbah H. Turejo.

Secara singkat terbentuknya desa Selorejo ini menjadikan masyarakat untuk terus berkembang dan berkembang agar desa Selorejo mampu menjadi desa yang unggul. Menurut pengakuan sekdes Bapak Luhung "tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instant, semua butuh proses dan perjuangan. Tinggal kita bagaimana bisa berjuang atau menyerah akan keadaan." 

Banyak sekali perjuangan yang harus dilalui desa ini hingga menjadi desa wisata. Percaya tidak percaya, semua yang melewati proses dengan sabar akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Begitu juga dalam pengembangan sebuah desa. Dengan begitu, harapannya desa ini dapat menjadi trendsetter bagi desa-desa lain khususnya di kawasan Malang Raya agar termotivasi untuk menjadi desa yang unggul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun