Mohon tunggu...
Piter Randan B
Piter Randan B Mohon Tunggu... lainnya -

www.Belajarterus.blog.com 'Penulis Buku Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok, & The Ahok Way

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Veronica Tan, Perempuan di Balik Kesuksesan Ahok

25 Agustus 2013   14:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:51 17577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377439394254967078

Dalam banyak kebudayaan kaum perempuan sering dianggap rendah dan hina oleh kaum laki-laki. Mereka sering diperlakukan tidak lebih daripada mainan dan obyek seks, sebagai tukang masak, pengurus rumah tangga dan penjaga anak yang tak dibayar, sebagai orang-orang dungu yang tidak punya otak, yang tak mampu diajak berdiskusi tentang hal-hal yang bersifat rasional. Bakat-bakat mereka tak pernah dihargai, kepribadian mereka diredam, kebebasan mereka dibatasi, di beberapa bidang mereka dieksploitasi dan di bidang-bidang lain ditolak. Kadang-kadang mereka dianggap sebagai penyebab banyaknya pria terjebak ke dalam dosa yang memalukan karena itu mereka sering diperlakukan kasar, gerakannya dibatasi dan dikekang sedemikian rupa (Jhon Stott, 1984).

Akibatnya mereka kadang-kadang tak bisa berbuat apa-apa. Tetapi bagi pria kelahiran Gantung Belitung Timur yang kini menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta memandangnya dengan berbeda. Bagi Ahok perempuan adalah seorang penolong yang sepadan bagi kaum laki-laki. Perempuan sederajat dengan kaum laki-laki, tidak lebih rendah atau pun inferior.

Ahok dalam debutnya di politik Indonesia banyak ditolong istrinya Veronica Ta. Perempuan yang lebih muda sembilan tahun darinya itu sangat dihargainya dan dihormatinya. Ahok pernah berkisah di hadapan para mahasiswa yang berkumpul dalam acara, ‘School of Leadership’ di Jl. Panataran beberapa waktu yang lalu, sebelum ia di daulat menjadi Wagub DKI Jakarta. Ia menyampaikan pengalamannya dalam Pilgub Babel yang diikutinya. Ahok mengatakan bahwa pada saat banding di MK dalam Pilgub Bangka Belitung, ia ditawari untuk membayar sejumlah uang jika ingin dimenangkan untuk memimpin Bangka Belitung. Hal itu kemudian disharingkan ke Veronica istrinya tetapi Veronica menjawab simple dengan mengatakan, ‘Mau jadi Barabas atau Yesus’, berkorban untuk menyelamatkan orang banyak atau memperoleh jabatan gubernur dengan cara yang tidak benar (Barabas adalah penjahat kelas kakap yang dibebaskan oleh Pilatus karena permintaan tokoh-tokoh agama dan digantikan dengan Yesus yang tidak berdosa yang berujung pada penyaliban diri-Nya).

Pernyataan Vero panggilan akrab Veronica Tan itu, mencegah Ahok untuk menempuh jalan yang tidak benar dan membiarkan jabatan gubernur di Bangka Belitung dijabat oleh orang lain. Veronica Tan tak sedikit pun akan meyetujui jalan yang tidak terpuji yang akan ditempuh oleh pria yang telah mengaruniakkannya tiga anak itu. Baginya lebih baik berkorban daripada menempuh jalan yang tidak benar apalagi mengorbankan orang lain.

Selama mendampingi Ahok sejak terjun ke dunia politik sejak 2004, ia bersama keluarganya sering difitnah, diperlakukan tidak adil bahkan diancam untuk dibunuh. Tetapi perempuan yang selalu tampil sederhana dan mahir memainkan piano ini mengaku sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Bagi Vero tak ada yang perlu ditakuti selama ada di jalan benar. Karena itu ia akan mendukung Ahok suami yang disebutnya sedikit radah ‘coboy’ itu, dengan tidak tanggung-tanggung selama berjalan di jalan benar dan akan menegurnya dengan keras bila menyimpang (Liputan Siang 7 Des 2013). Dan bagi Ahok, Vero bagaikan ‘tulang rusuk’ yang selalu melindungi jantung, hati dan paru-parunya sehingga kehidupannya di dunia politik tetap bertahan dalam kebenaran.

Vero membuktikan dirinya sebagai kaum yang tidak lebih rendah dari laki-laki melainkan hadir mengisi kekurangan yang dimiliki Ahok suaminya. Vero dan Ahok menunjukkan kesepadanan dalam saling isi mengisi untuk mengemban tugas mulia melayani rakyat yang dipimpinnya. Kehadiran Vero di sisi Ahok semakin mempertajam kemampuannya mewujudkan mimpi melayani masyarakat yang disebutnya tuan. Sementara Ahok menghargai, menghormati dan mengasihinya. Ahok menyadari bahwa Vero bukanlah diciptakan dari kepalanya untuk mengepalainya atau pun dari kakinya untuk diinjak-injak melainkan dari sisinya (rusuknya) supaya berdampingan dengannya, berlindung di bawah lengannya dan dekat dengan jantungnya untuk dikasihi.

Belajar dari peranan Vero mendukung Ahok suaminya sebagai pemimpin dan pelayan rakyat, yang berfungsi sebagai penolong dan penyeimbang agar suaminya tetap ada di jalan benar. Maka, kita berharap kaum perempuan di Indonesia melakukan kehormatan yang sama bukan sebaliknya berdiam diri atau menganggap suaminya sebagai pribadi yang tidak perlu diberi masukan. Seyogianya, istri para pejabat khususnya yang setingkat kepala daerah memerankan hal yang sama, bukan hanya sekedar pelengkap  struktur ketua PKK atau organisai wanita lainnya melainkan berperan sebagai penyeimbang suaminya menjalankan tugas berjalan di jalur yang benar. Seperti ungkapan Nancy Hardesty yang mengatakan, ‘laki-laki dan perempuan harus membangun suatu partnership yang sepadan’. Artinya saling mengisi atau melengkapi.

Kalau Veronica Tan, ibu dari ketiga anaknya Nicho, Nathania dan Daud dapat melakonkan hal itu bersama Ahok, maka saya terlalu yakin bahwa perempuan-perempuan Indonesia lainnya juga mampu melakukan hal yang sama. Sehingga di masa-masa yang akan datang pasangan suami istri, laki-laki dan perempuan tidak ada lagi yang terjebak dalam perilaku amoral seperti korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Semoga saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun