Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jurjani Tetangga Durjana

29 Agustus 2016   14:17 Diperbarui: 29 Agustus 2016   14:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah setan apa yang merasuki seorang tetangga paruh baya bernama Jurjani (54) tega menghabisi nyawa malaikat kecil tanpa dosa bernama Nesya Nur Azlya alias Azly (4).

Miris!, Jurjani merupakan orang paling biadab di muka bumi, hanya karena rasa rasa cemburu terhadap kakak korban yang berbincang-bincang dengan lelaki lain tega membunuh Azly. Peristiwa bermula ketika Faturrahman orang tua Azly yang juga merupakan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) usai mengadakan Halal bil Halal hari ke dua Idul Fitri 1437 Hijriah, di hari tersebut sosok Azly bersama Jurjani untuk pertama dan terakhir kalinya terlihat (7/7).

Sebagai orangtua tentu sangat terpukul atas berita kematian anaknya, apalagi diketahui pelakunya adalah tetangganya sendiri. Perbuatannya lebih tepat disebut durjana, sosok yang tidak tahu berterimakasih diberi hati malah minta jantung sedemikian kejinya Jurjani menghabisi nyawa Azly. Peristiwa ini sontak membuat kaget beberapa kalangan. Bahkan DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kalimantan Timur berduka mendalam atas ditemukannya Neysa Nur Azlya binti Fathurrahman, bocah perempuan usia 4 tahun ini.

Tindak kekerasan terhadap anak dibawah umur masih saja terjadi dipelosok negeri, lagi-lagi pelakunya orang terdekat sendiri. Seolah negeri ini tidak punya nyali dan dilanda kutukan penyakit kusta sehingga jijik untuk memberangus predator dari muka bumi, menjalar bersama matinya azaz demokrasi, kehilangan nalar sehat lantas membunuh merupakan jalan satu-satunya menyelesaikan masalah.

Seiring berjalannya waktu 11 hari kematian Neysa Nur Azlya akrab disapa Azly suasana duka menyelimuti keluarganya, khususnya kedua orang tua korban yaitu Faturahman dan Sabna ibu Azly. Korban kesadisan Jurjani di Sangkulirang, Kutai Timur, Kaltim, pada 7 Juli lalu. Dikatakan demikian karena korban diperkosa sebelum dibunuh, dibantai dan jasadnya dibakar guna menghilangkan jejak, kata pelaku.

Apresiasi setinggi-tingginya buat Fathurrahman orang tua Azly, begitu tabah, tenang dan tidak menampakkan kesedihan, meski perasaan tersayat saat memberi penjelasan kronologi pembunuhan kepada awak media, bahkan tidak menaruh sedikitpun dendam terhadap Jurjani alias Ijur (54), ini yang saya lihat dari figure orang tua korban.

Sepertinya indonesia ini terlalu pema’af menghukum mati atau kebiri penyakit masyarakat yang merajalela tanpa terdeteksi pihak-pihak yang berkompeten belum tuntas memutus rantai kekerasan seksual terhadap anak-anak. Kita patut berterimakasih kepada media sebagai informan, setidaknya keberadaan mereka professional mengabarkan sebuah peristiwa membantu mengatasi kesulitan aparat mengendus keberadaan predator seperti Jurjani.

Motif pembunuhan pelaku merasa cemburu terhadap kakak korban yang sedang berbincang-bincang dengan lelaki lain. Azly sosok yang supel mudah bergaul dengan orang lain, banyak dikenal orang lantaran gaya bicaranya seperti orang dewasa meski usianya baru 4 tahun, naas menjadi pelampiasan Jurjani.

Jika rakyat terlihat bertambah miskin moral, mana mungkin pemerintah bisa mengklaim berhasil meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui pemberian harapan palsu, sementara jika hukum tidak bisa memberikan rasa aman berkeadilan bagi seluruh rakyat, tidak bisa ditegakkan untuk menjaga tatanan sebagai negara hukum, bagaimana rakyat bisa hidup tenang dan damai dalam suatu kepastian hukum. Ironisnya, pemerintah seperti tidak mendengar bahwa anak-anak belum berdosa tidak mempunyai kemampuan merespon situasi sulit ini tanpa pengawasan orang dewasa, terkhusus orang tuanya sendiri.

Neysa Nur Azlya, bocah perempuan berusia 4 tahun yang menghilang sejak Kamis (7/7/2016) seorang bocah terbilang cerdas, fasih membaca Al-quran bahkan hafal beberapa ayat Al-qur’an. Kematiannya merupakan rentetan kebiadaban terbesar lainnya di negeri ini. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan pada 10 Juli 2016 tepat sebulan setelah ulang tahunnya yang ke 4 tahun pada 10 Juni 2016 lalu.

Kini, tetangga, keluarga dan orang tua Azly tak bisa lagi mendengar suara dan menggendong bocah cerdas itu. Akan tetapi senyum dan gaya bicaranya selalu melekat dihati warga Sangkulirang.

Selamat jalan Azly.

Makassar, 29 Agustus 2016

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun