Tragis memang, di masa pandemi Covid-19 pemerintah melarang warganya mudik Lebaran, atau pulang kampung untuk melepas rindu.Â
Parahnya lagi kebijakan yang konon katanya untuk mencegah sekaligus memutus rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19, suka tidak suka, setuju tidak setuju saya sendiri tidak bisa menjenguk orang tua (bapak) yang diawat di Rumah Sakit Ngawi Jawa Timur. Senin (1/6/2020).
Keputusan itu memang jengkelin, ngeselin membuat sebagian masyarakat sedih. Dimana seharusnya anak bisa mendampingi orang tua sakit keras, malah harus termenung saja di tanah rantau, tepatnya di Makassar, sudah lebaran tidak bisa bersilaturahmi dengan orang tua serta keluarga di kampung halaman, kini ketika ortu sakit pengen mendampungi terpaksa ditunda.
Sebenarnya, kebijakan ini merugikan semua kalangan, termasuk saya yang batal menjenguk orang tua (bapak) yang terbaring tak berdaya di Rumah Sakit. Mungkin saja ini pertemuan pertama dan terakhir kalinya saya bisa menatap wajah orang tua, dimana semasa hidupnya selalu mendahulukan kebahagiaan anak dan cucunya dari pada dirinya sendiri.
Tetapi, suka tidak suka kebijakan yang terkesan tidak manusiawi ini harus diakukan demi kesehatan diri sendiri juga orang tua serta keluarga di kampung halaman.Â
Selain "larangan" mudik berkumpul bersama orang-orang tersayang atau menjenguk orang sakit, khususnya orang tua sangat menyedihkan.
Pernah saya mencoba bertanya kepada tetangga yang kerja di bandara Hasanudin Makassar. Menurutnya jadwal penerbangan ke Surabaya ada, tapi bersyarat. Senin (1/6/2020).
Bukannya turun, justru harga tiket juga super mahal, dan tidak ada penjualan tiket online, harus beli tiket di kantor maskapai penerbangan, namun sebelumnya harus melengkapi dokumen perjalanan, pertama surat perjalanan jika instansi atau surat dari Rt, RW, Lurah hingga camat setempat. Paling penting adalah surat keterangan negatif Covid-19 melalui Rapid Test.
Gilanya lagi, Rapid Test ini tidak gratis, orang yang akan melakukan test harus membayar sejumlah uang sesuai paket. Maaf sebelumnya, kehadiran pandemi ini kok menjadi aji mumpung alias ajang bisnis ya.Â
Lucunya lagi, surat Rapid Test ini menurut tetangga saya  hanya berlaku 3 (tiga) hari, padahal untuk menentukan hasil positif atau negatif saja lebih dari itu.
Bukannya gratis, ini malah ditarik sejumlah uang dan itu tidak murah. Menjadi tanda tanya besar dalam hati saya, anggaran untuk penanganan covid-19 selama ini kemana?.