Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ini Apa Lagi

20 Desember 2021   21:48 Diperbarui: 20 Desember 2021   22:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apabila aku narsis dan ungkapkan segalanya pada orang lain, berujung pada penyesalan. Pahit rasanya sesuatu yang belum benar-benar serius terjadi, tapi aku umbar dan umumkan ke khalayak banyak. Seakan-akan hidupku sudah berhasil, padahal masih baru permulaan.

Aku sangat ceroboh dalam bertindak, dan selalu tersudut pada pertimbangan yang kurang tepat, tanpa berpikir dua atau tiga kali. Aku selalu mempertimbangkan ego dan kehendak hati yang terus menuerus dan tak berujung. Aku ikuti semua permintaan hati, dan eksesnya adalah air mata kesedihan.

Aku harus merayakan kesedihan. Malam ini, aku mengajak Anda berdansa. Angkat botol minum kalian, bir, vodka, wine dan sejenisnya. Kita nikmati alunan lagu tentang perpisahan, tetapi kita harus rayakan itu seakan berpisah adalah perkara yang mudah, walau itu membuat hati kesepian.

Padahal ada yang selalu setia menemani hidupku, kemana pun aku melangkah, ia berada di dekatku, namun aku belum sadar. dia selalu melindungiku dari mara bahaya, dan dia pula yang memberiku sinyal bahwa orang yang berada di hadapanku adalah orang baik yang boleh untuk didekati dan dijadikan teman baik.

Dia selalu menawarkan solusi terbaik, tapi terkadang aku sulit membaca solusi itu yang beredar di mana-mana, di sudut ruangan, di tempat yang sunyi dengan hanya aliran air yang mengalir dalam pipa pojok kamarku.

Aku selalu merenung tapi melupakannya. Aku merasa sendirian karena mungkin aku belum begitu dekat dengannya. Padahal apabila aku mulai mendekatkan diri dengannya, dia akan lebih dekat seribu kali dari langkahku yang hanya sekali melangkah. Dia sangat merindukanku, tetapi aku belum sama sekali rindu padanya. Yang aku rindukan adalah sosok wanita yahg sesuai ekspektasi dalam benakku saja, yang mungkin itu sangat menipu dan barangkali bukan cerminan dariku. Ingatlah, jodoh itu adalah cerminan dariku sendiri. Aku bisa bercermin pada orang lain yang suatu saat pasti kutemui kemiripannya padaku dalam dirinya.

Memperlakukan cinta yang sejalan, seperti mencintai diri sendiri, juga mencintai orang lain, dan mencintai Tuhan. Pada dasarnya adalah sama-sama cinta mencintai. Dan itu harus tulus dan lembut. Bukan memaksa dan mengekang, apalagi mengharap balasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun