Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sering Dapat Penolakan, Sandi Tegar?

5 Maret 2019   17:33 Diperbarui: 5 Maret 2019   17:40 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat berkunjung ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa hari lalu, Sandiaga Uno mengalami kejadian kurang mengenakkan. Kala sedang melakukan wawancara di salah satu pasar di Labuan Bajo, ada pedagang yang marah-marah karena dagangannya terinjak-injak oleh rombongan cawapres nomor urut 02 itu.

Hal itu kemudian diikuti oleh tersebarnya video kejadian tersebut, berikut narasi bahwa cawapres Prabowo Subianto itu ditolak di NTT -- sekalipun persoalannya hanya sebatas pedagang yang terganggu akibat dagangannya jadi terinjak.

Walaupun demikian, kunjungan Sandi selama beberapa hari di NTT punya makna politis yang cukup besar. Pasalnya, provinsi tersebut memang secara tradisional adalah basis wilayah yang dikuasai oleh lawan dirinya dan Prabowo, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pada Pilpres 2014 misalnya, suara Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) di wilayah ini mencapai 65 persen, berbanding hanya 34 persen milik Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa. Artinya, kekuatan politik Jokowi memang hampir dua kali lipat besarannya dibandingkan Prabowo di NTT.

Dengan demikian, misi politik Sandi ini memang adalah berkampanye di "daerah kekuasaan musuh" -- jika ingin disebut demikian. Akan ada risiko penolakan dan resistensi yang memang sangat mungkin terjadi dan dialaminya lewat aksi-aksi kunjungannya tersebut.

Beberapa waktu terakhir, Sandi memang kerap disambut dengan spanduk-spanduk penolakan ketika berkunjung ke beberapa daerah yang menjadi basis wilayah pendukung Jokowi. Hal ini juga terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur misalnya, yang jika mengacu pada hasil Pilpres 2014, Jokowi memang unggul dengan 53 persen berbanding 47 persen milik Prabowo.

Nyatanya, strategi kampanye Sandi yang mendatangi wilayah-wilayah kekuasaan musuh -- termasuk juga di beberapa wilayah di Jawa Tengah yang ia datangi seminggu terakhir ini -- memang bisa dibilang mirip-mirip dengan serangan "berani mati". Sandi jelas paham bahwa akan ada risiko yang ia terima ketika berkampanye di daerah-daerah ini, tetapi tetap melakukannya demi mengamankan dukungan politik.

Apa yang dilakukannya ini mirip dengan pasukan Kamikaze yang merupakan sebutan untuk unit penerbang Jepang di era Perang Dunia II. Pasukan ini terkenal karena keberaniannya menabrakkan pesawatnya ke kapal perang tentara Sekutu dengan membawa serta misil di dalamnya untuk kemudian diledakkan di kapal-kapal tersebut.

Lalu seperti apa jika strategi ala unit Kamikaze tersebut diterapkan dalam politik dan akankah efektif untuk Sandi? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun