Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebohongan (Hoaks) Pilpres 2019 dan Kebenaran Menurut Aristoteles

23 Februari 2019   06:46 Diperbarui: 23 Februari 2019   07:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kebenaran atau hoaks?

Hal ini juga menjadi gambaran besar terkait perubahan pemahaman atas kebenaran yang berbasis pada preferensi, kepentingan dan pilihan politik, konteks ini relevan untuk dibahas menjelang Pilpres 2019. Lalu seperti apa Aristoteles melihat fenomena ini?

Menurut Aristoteles kebenaran bisa dinilai dalam tiga hal yaitu: kalimat, pikiran dan kemudian obyek alami yang bukan kalimat dan bukan pikiran. Menurut Aristoteles kebenaran harus berada di sekitaran fakta. Adapun kebenaran dan fakta adalah dua hal yang berbeda kebenaran adalah Persepsi manusia terhadap fakta

Sederhananya.. jika ini adalah Apel dan ini adalah Jeruk maka kebenaran adalah mengatakan bahwa Apel ini adalah Apel dan Jeruk ini bukan Apel. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka itu adalah kebohongan Inilah yang disebut sebagai correspondence theory of truth Lalu bagaimana hal ini dilihat dalam pilpres 2019?


Nyatanya konteks kebenaran itu belakangan tidak lagi dimaknai sebagai hal yang bersesuaian dengan fakta isu-isu seperti PKI kebocoran anggaran dan lain sebagainya. Kebenaran tidak lagi dianggap sebagai hal yang sesuai dengan fakta tetapi hal yang bisa di rasionalisasi dan masuk akal maka lahirlah Apa yang disebut sebagai Fakta alternatif yaitu fakta yang dikonstruksi untuk menyesuaikan dengan kebenaran yang ingin dibuat. 

Sementara masyarakat menerimanya berdasarkan preferensi politik jika saya suka kandidat maka apa yang ia katakan sekalipun salah dan bohong adalah kebenaran.

Ini yang disebut sebagai era politik pasca kebenaran.Konteks ini tentu berbahaya karena masyarakat tidak lagi memilih pemimpin secara objektif berdasarkan program-program yang ditawarkannya. Bukan yang memberi kita Jeruk dan bilang bahwa itu adalah Apel. 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun