Mohon tunggu...
Reza Pamungkas
Reza Pamungkas Mohon Tunggu... Jurnalis -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

PSI Partai Pragmatis

15 Agustus 2018   16:24 Diperbarui: 15 Agustus 2018   16:35 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"There are many men of principle in both parties in America, but there is no party of principle." -- Alexis de Tocqueville    

Partai Solidaritas Indoenesia (PSI) harus gigit jari setelah nama Mahfud MD tidak disebut dalam pengumuman calon wakil presiden yang akan mendampingi Joko Widodo. PSI adalah pengusung utama agar Mahfud dipasangkan dengan Jokowi.

Dengan drama yang mewarnai hingga detik-detik pengumuman, akhirnya Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya. Padahal saat itu Mahfud sudah bersiap diri di tempat yang tidak jauh dari lokasi pengumuman. Hal ini tentu saja membuat PSI kecele. Namun, pada akhirnya mereka tetap menerima keputusan Jokowi itu.

Pupusnya harapan PSI ini tidak lain disebabkan oleh dinamika politik yang terjadi di internal koalisi partai pendukung Jokowi. PKB dan PPP dikabarkan mengintervensi pencalonan Mahfud MD, dan "memaksakan" dukungan kepada Ma'ruf Amin.

pinterpolitik.com
pinterpolitik.com

Terlepas dari hal tersebut, kehadiran PSI dalam kancah perpolitikan nasional tentu membawa rona baru. Dengan mengusung jargon partai politik milenial, PSI dianggap bisa memberi peluang menjadi kendaraan politik alternatif. Partai yang katanya adalah partai anak muda ini menebar narasi pembaharuan politik melalui tangan anak muda dalam aras keberagaman.

Namun, sepak terjang PSIjuga menuai kritikan ketika mereka dekat dengan penguasa. PSI dianggap memanfaatkan figur seperti Jokowi dengan cara merangsek ke dalam kubu koalisi pendukung pemerintah. Tsamara Amany (Ketua DPP) sempat membuat tulisan dengan judul "Anak Muda Mental penjilat?" untuk merespon banyaknya kritikan ke tubuh PSI. Tidak adanya tentangan terhadap Jokowi atas pilihan cawapresnya juga menjadi pertanyaan banyak pihak terhadap partai baru ini.

Lantas, bagaiamana sebenarnya kehadiran PSI dapat dipahami di tengah-tengah politik nasional yang transaksional dan penuh oligarki politik?

PSI, Spesies Match-all Party

Dalam situs resminya PSI mengaku diri sebagai partai politik yang tidak lagi tersandera dengan "kepentingan politik lama, klientelisme, rekam jejak yang buruk, beban sejarah dan citra yang buruk terhadap partai politik sebelumnya". Lebih jauh, mereka menyandarkan pada identitas "kebajikan dan keberagaman".

Dalam artikulasi politik seperti itu, PSI bergerak dengan menggunakan pencitraan sebagai partai bersih, bebas korupsi dan menjadi representasi ideal bagi kemajuan politik karena juga mengusung keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun