Mohon tunggu...
Pinggala Mahardika
Pinggala Mahardika Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Menghadapi Era Industri 4.0, "A Preparation to Facing with It"

31 Agustus 2019   22:59 Diperbarui: 31 Agustus 2019   23:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Industri 4.0 sudah di depan mata. Menguasai segala teknologi digital adalah sebuah keharusan di era yang serba instant dan dinamis ini. Menurut fakta yang ada, Indonesia tengah memasuki tahapan bonus demografi, dimana penduduk yang berusia produktif memiliki persentase yang lebih dominan dari total populasi.

Jika momentum ini tidak kita manfaatkan dengan baik, tentu akan menjadi sebuah kerugian yang sia sia. Diperkirakan pada era ini, akan terjadi pemangkasan jumlah tenaga kerja yang memiliki kemampuan yang rendah.

Akibatnya akan terjadi peningkatan angka pengangguran yang begitu signifikan. Otomatisasi yang telah diterapkan di segala aspek menjadi sebab utama.

Oleh sebab itu, sebagai generasi millennial kita harus memiliki kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan di dunia digital ini.

Di Indonesia, saat ini banyak bermunculan startup yang mulai merevolusi wajah industry digital Indonesia. Mulai dari startup yang baru merintis usahanya , sampai startup yang telah mencapai level 'Unicorn' atau bahkan 'Decacorn'. Namun sayangnya, hal yang fantastis tersebut tidak dibarengi dengan hal pendukung seperti infrastruktur dan tenaga ahli yang berkompeten.

Dari segi infrastruktur, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana, guna meningkatkan kualitas jaringan digital di Indonesia, contohnya seperti Palapa Ring yang terbentang dari ujung timur sampai ke ujung barat Indonesia.

Untuk tenaga ahli, pada kenyataannya banyak sarjana yang menempuh kuliah IT namun mereka tidak bisa mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari. Mengapa hal itu bisa terjadi? Faktor utama penyebab hal tersebut adalah kurangnya praktik dan pengalaman menangani project di dunia nyata.

Mereka seakan kaget dan gagap menghadapai dunia kerja yang unpredictable. Tantangan yang dihadapi tidak sama dengan materi yang terlalu teoritis. Selain itu, kurangnya portofolio menjadikan para fresh graduate ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang linier dengan jurusan mereka karena perusahaan meragukan keahlian yang mereka miliki.

Untuk mengatasi hal ini, beberapa lembaga pelatihan IT telah membuka program yang menyediakan kursus intens yang mempelajari programming dan hal hal yang berkaitan. Bahkan, ada lembaga yang sudah bermitra dengan beberapa startup untuk bekerjasama menyalurkan SDM yang diperlukan oleh perusahaan.

Hal ini tentu saja berdampak positif pada peningkatan mutu kompetensi para tenaga ahli. Namun, program ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ini yang masih jadi kendala bagi para pemuda yang ingin turut berkontribusi, namun tidak memiliki biaya untuk menempuh kursus tersebut. 

Alangkah baiknya jika program serupa juga turut diselenggarakan oleh pemerintah yang dikemas dalam bentuk beasiswa.  Oleh sebab itu, pemerintah sepertinya harus mulai lebih peduli dan cepat tanggap dalam menghadapi tren global yang sedang berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun