Mohon tunggu...
Pieter Tarigan
Pieter Tarigan Mohon Tunggu... Pegiat sosial keagamaan

I was born in Karoland, North Sumatra, but grew up in West Java. I love reading and fishing.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Area Ruang Tunggu Penjemput Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Menyedihkan

8 Oktober 2025   21:46 Diperbarui: 8 Oktober 2025   21:46 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tulisan ini adalah pengalaman saya pribadi sewaktu menjemput seseorang di terminal 3 (International Arrival).

Pada tanggal 29 September 2025 yang lalu saya datang ke Terminal 3 Kedatangan pada pukul 11.30 untuk menjemput seorang sahabat saya yang akan tiba pada pukul 13.10 WIB. Saya bermaksud menjemput seseorang yang sudah lanjut usia dan harus ditolong oleh petugas menggunakan kursi roda.

 Sewaktu saya tiba saya mendatangi seorang petugas yang sedang bertugas di pintu keluar di bagian yang menghadap ke jalur kereta bandara.

Saya bertanya: "Pak, apakah di sini tempat penjemput menjemput penumpang yang baru tiba?" "Ya, di sini," jawab petugas itu. "Memangnya tidak ada tempat duduk para penjemput, " tanya saya lagi. "Ya, seperti inilah," kata petuas itu.

Saya berpikir dalam hati saya: "Apa benar ini Internasional, wajah Indonesia di muka para pengunjung manca negara."

Kira-kira pukul 13.30 WIB. Turun hujan lebat disertai angin kencang. Air menyembur dari udara melalui bagian terbuka ruang penjemputan. Air memenuhi lantai di sekitarnya dan para penjemput berlari kian ke mari. Seorang petugas mengarahkan para penjemput untuk pindah merapat ke dinding, yang sebenarnya masih terkena tampias air hujan juga. Pada saat hujan itu seorang petugas penelpon saya menanyakan di mana saya berada. Lalu saya menjelaskan posisi saya, yaitu di pintu keluar yang menghadap stasiun kereta bandara. Tetapi waktu itu saya ragu dan berpikir apakah teman saya ini akan dibawa melalui pintu itu. Maka saya bermaksud menunggu di West Lobby. Sewaktu saya akan ke West Lobby itu saya berjalan seperti biasa, namun karena lantai dipenuhi air lantai menjadi licin dan saya terpeleset jatuh dan kepala saya membentur lantai. Kacamata saya terpentel dan sebagian baju dan celana saya basah. Untunglah beberapa orang penjemput lainnya, kalau saya tidak salah 3 orang, menolong menangkat saya.

Dalam keadaan kesakitan saya ke West Lobby. Beberapa menit kemudian saya melihat seorang petugas perempuan mendorong teman saya di kursi roda keluar melalui pintu yang lantainya masih basah, bahkan ada bagian lantai yang masih tergenang air. Beberapa saat kemudian saya dan teman saya saya itu meninggalkan Bandara kebanggaan Indonesia, tetapi yang wajahnya (bagian luarnya) menyedihkan.

Sewaktu saya tiba saya tidak membayangkan jika hujan turun air akan membasahi ruang/bagian tunggu penjemputan penumpang. Saya juga tidak membayangkan saya bisa terjatuh/terpelanting seperti yang saya ceritakan di atas. Saya berpikir, tidakkah lebih baik kalau ruang runggu penjemput dibuat lebih aman dan nyaman? Rugi apa? Tidakkah para pendatang akan bercerita tentang kenyamanan dan keamanan di bandara ini kalau dibuat indah dan nyaman?

Saya berharap kejadian kecelakaan kecil yang saya alami tidak dialamai oleh para penjemput lain. Sebagai catatan, sampai saat tulisan ini saya buat kepala saya masih benjol dan terasa sakit.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun