Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nukilan Homo Sapiens: Dua Puluh Maret

20 Maret 2023   20:37 Diperbarui: 20 Maret 2023   20:46 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Remember that the happiest people are not those getting more,

but those giving more

(Bahasa Inggris)

Harian Kompas, Senin (20/3/2023), menurunkan laporan dengan judul "Pembangunan yang Membahagiakan" . Di bawah judul itu tersusun dua kalimat memikat untuk direnungkan. Pembangunan yang membahagiakan memandang manusia sebagai aset. Aspek ekonomi bukan satu-satunya parameter kebahagiaan masyarakat. 

Negara-negara di dunia saling berlomba mengejar pertumbuhan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan warganya. Namun, besarnya pendapatan, pendidikan yang baik, dan tingginya kualitas layanan kesehatan nyatanya tidak serta-merta membahagiakan masyarakat. Kebahagiaan masyarakat dipengaruhi banyak hal, bukan ekonomi semata. Direktur Institute for Advanced Studies in Economic and Business Universitas Indonesia Turro S Wongkaren, di Jakarta, Minggu (19/3/2023), menegaskan, tidak mudah menghubungkan antara pembangunan ekonomi dan kebahagiaan. "Mereka yang kalah secara ekonomi bisa saja lebih bahagia dibanding yang sukses secara ekonomi," katanya.

Setiap orang pasti ingin mempunyai hidup yang bahagia. Meski pada kenyataannya, hidup memang tak hanya akan berisi hal-hal menyenangkan semata. Seringkali, berbagai masalah muncul membuat kebahagiaan jadi hal yang sangat berharga. Banyak orang yang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya. 

Namun, untuk bisa sampai di titik bahagia, seringkali seseorang harus berjuang sekuat tenaga. Memang,  kebahagiaan bisa memberi manusia  ketenangan hati dan pikiran;  setiap orang berhak mendapatkan kebahagiaan dengan wujud dan cara mereka masing-masing. Akan tetapi, H. Jackson Brown Jr mengingatkan bahwa orang-orang yang paling bahagia bukanlah mereka yang memiliki harta banyak, melainkan mereka yang sanggup memberikan pada sesama.

Bagi kaum Kristiani, narasi kebahagiaan itu tertuang dalam Delapan Sabda Bahagia,   pengajaran Yesus yang pertama ketika Ia memulai karya publik-Nya. Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Yesus sendiri adalah gambaran inti dari Sabda Bahagia ini. 

Dalam diri Kristuslah, Delapan Sabda Bahagia terpenuhi dengan sempurna.  "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.  Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Mat 5: 3-10).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun