Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Social Distancing, Waktu Emas para Introver

6 April 2020   20:12 Diperbarui: 8 April 2020   09:20 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari kompas.com

Bukan seperti itu sebenarnya. Orang-orang introver pun tetap membutuhkan relasi dengan orang lain. Hanya saja mereka lebih selektif dan mesti tune in dulu sebelum berkawan baik dengan seseorang. Jadi berbeda dengan ekstrover yang mudah akrab dengan orang baru, introver membutuhkan waktu lebih lama membangun chemistry.

Para Introver mengamati dan menganalisis segala sesuatu, mengolah data dan persepsi mereka dalam pikirannya sebelum menyampaikannya kepada orang lain.

Jadi tidak usah heran jika berada di lingkungan baru, mereka jadi lebih pendiam atau susah diajak basa-basi. Beda dengan ekstrover yang justru menganalisis dan memecahkan permasalahan dengan mendiskusikannya dengan orang lain. Jika ada orang yang suka heboh atau ramai duluan saat masalah menghampiri, hampir bisa dipastikan dia seorang ekstrover.

Jika para ekstrover mengisi energinya dengan bertemu dan bersosialisasi dengan orang banyak, para introver sebaliknya. Mereka pun tetap bisa membawa diri di tengah orang banyak, tapi saat itu level energinya terkuras habis. Setelah kembali ke rumah dan menikmati kesendiriannya, barulah energinya terisi kembali.

Social Distancing, Waktu Emas Para Introver

Jadi, bisa dipahami kan mengapa para introver justru bisa jadi begitu produktif saat mengasingkan diri dari "dunia luar" sana dan diberi banyak waktu dengan "dunianya" sendiri.

Masa-masa social distancing ini menjadi waktu emas bagi mereka. Diberi tugas work from home pun mereka sangat siap, ada yang bahagia malah, karena untuk urusan pekerjaan, para introver cenderung lebih suka bekerja sendirian. Mereka sedapat mungkin menghindari konfrontasi dengan orang lain.

Masa-masa social distancing juga memungkinkan mereka kembali menekuni hobi atau aktivitas yang membuat batin mereka lebih bahagia, yang selama ini mungkin jarang bisa dilakukan karena sibuk bekerja. Misalnya membaca buku favorit, melukis, menulis artikel dan aktivitas khas introver lainnya.

Hal tersebut kontras dengan para ekstrover yang mati gaya saat harus menjalani karantina, karena sudah kebutuhan mereka untuk terus terhubung dengan orang lain.

Syukurlah saat ini teknologi komunikasi sudah lebih membantu. Untuk mengatasi kerinduan berinteraksi dengan orang lain sudah bisa dilakukan lewat video call atau teleconference lewat perangkat komunikasi.

Nah, mungkin sebagian besar dari kita akan bertanya-tanya dalam hati? Saya ini introver atau ekstrover ya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun