Mohon tunggu...
Philip Manurung
Philip Manurung Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

lahir di Medan, belajar ke Jawa, melayani Sulawesi, mendidik Sumatera; orang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ragam Tradisi Menyambut dan Mengakhiri Ramadan di Sulawesi Utara

9 Mei 2019   07:44 Diperbarui: 9 Mei 2019   07:48 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia kaya dengan beraneka ragam tradisi di bulan Ramadan. Keragaman ini membedakan suasana bulan puasa di negara kita dengan negara-negara Muslim lainnya. Umumnya ziarah dan mandi merupakan kegiatan yang banyak dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Doa dan harapan dipercaya mudah terkabul pada bulan puasa. Karena itu, setiap umat Muslim berharap keberkahan baik bagi dirinya sendiri maupun anggota keluarga yang sudah meninggal.

Maka, di semua daerah terdapat tradisi "nyekar", yaitu ziarah dan membersihkan makam keluarga. Tradisi "Nyadran" di Yogyakarta menggabungkan ziarah dengan cara makan bersama di kuburan. Sementara di tempat lain, seperti di Sumatera Barat, ada Balimau, yaitu mandi menggunakan jeruk nipis. Semua kegiatan ini mengharapkan keberkahan lahir dan batin.

Dua tradisi ini juga yang menjadi ciri khas sambut Ramadan di sejumlah daerah di Sulawesi Utara (Sulut). Meski secara umum mayoritas penduduk Sulut beragama Kristen dan Katolik, ada beberapa kecamatan yang merupakan kantong Muslim. Kampung Kodo dan Perkamil, misalnya, yang terdapat di kota Manado. Sedangkan, di kabupaten Minahasa contohnya adalah Kampung Jawa Tondano.

Umat Muslim di kampung Jawa Tondano (Jaton) mempunyai tradisi Pungguan. Ritual ini dimaksudkan untuk mengenang dan mendoakan para leluhur.

Kampung Jaton didirikan oleh Kiai Modjo, komandan perang Pangeran Diponegoro yang diasingkan di situ hingga kematiannya. Kompleks pemakamannya dan pengikut-pengikutnya ditetapkan sebagai cagar budaya nasional.

Biasanya seminggu sebelum puasa dimulai, ratusan orang berbondong-bondong mengunjungi kompleks pemakaman Jaton. Mereka bukan hanya warga sekitar, tetapi juga umat Muslim dari Manado dan sekitarnya. Di sana mereka mengumandangkan sholawat, membaca surat Yasin, atau saling bersilaturahmi satu sama lain.

Sekitar 4,5 jam perjalanan darat dari Manado terdapat kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Umat Muslim di sana memiliki tradisi yang unik untuk mengawali dan mengakhiri bulan Ramadan.

Menjelang Ramadan, masyarakat Bolmong ramai-ramai terjun ke sungai atau laut untuk mandi bersama. Namanya "Mandi safar". Maksud dari adat ini adalah membersihkan diri memasuki bulan yang suci.

Sumber: manado.tribunnews.com
Sumber: manado.tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun