Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisasi Hoaks dalam Drama "Ratu Hoaks" dan "Nyanyian Tambur Jalan" Leo Kristi

9 Oktober 2018   12:30 Diperbarui: 9 Oktober 2018   12:59 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dok Tribunnews

Di sini saya tidak ingin mengomentari tayangan berita serialisasi akrobatika drama politik bertajuk "Ratu Hoaks" yang kini sedang jumpalitan.

Termasuk di sini saya tidak ingin berspekulasi mereka-rekayasa adakah skenario atau grand design di balik akrobatika drama politik "Ratu Hoaks" ini, sebagaimana adanya dugaan tersebut.  

Di sini saya hanya kembali diingatkan kembali oleh syair lagu "Nyanyian Tambur Jalan Komedi Badut Pasar Malam" - Leo Kristi;

Jerat menjerat dalam lingkaran komedi badut badut / di mana diri seorang pemimpin / di mana diri seorang pemimpin?

Todong menodong dalam lingkaran komedi badut-badut / di mana diri seorang ksatria / di mana diri seorang ksatria?

Leo Kristi memang bukan seorang politikus atau pengamat politik. Ia hanyalah seorang seniman musik yang mencoba melihat persoalan kebangsaan lewat bahasa kesenian yaitu nyanyian.

Dalam kiprahnya dijagad musik, Leo Kristi dikenal sebagai penyanyi balada yang banyak mengangkat tema lagu bernafaskan spirit patriotisme, serta bersenandung menyuarakan tentang alam dan potret realitas kehidupan disekilingnya.

Bahkan banyak di antara lagu-lagu yang dinyanyikan sarat dengan muatan kritik sosial, meski kritiknya ia nyatakan secara santun terkadang dibungkus dengan gaya bahasa kias semiotik atau metafora, tidak vulgar dan sarkasme.

Itulah cara Leo Kristi melontarkan kritik sosial, seperti tersirat di cuplikan lagu "Nyanyian Tambur Jalan Komedi Badut Pasar Malam".

Lewat bahasa lagu, Leo Kristi tidak bermaksud secara eksplisit menuding person to person. Lewat "Nyanyian Tambur Jalan Komedi Badut Pasar Malam" Leo Kristi tidak bermaksud menuding. Ia hanya berseloroh menyindir; di mana diri seorang pemimpin, di mana diri seorang ksatria.

Dengan cara bernyanyi inilah dianggap media paling pas buat seniman musik untuk mengekspresikan kritik sosialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun