Jumat, [11/4] pk 13.00 WIT saya ke pasar Youtefa untuk beli ikan mujair. Matahari memancarkan sinarnya yang terik. Tetapi sepanjang jalan masuk pasar masih terdapat lumpur pekat. Ini terjadi karena semalam hujan lebat mengguyur wilayah Abepura.
Bukan hanya air dan lumpur yang menggenangi area pasar. Jalan pun berlubang. Aspal tidak lagi menutupi ruas jalan karena sudah tergerus air, sewaktu terjadi banjir beberapa bulan silam. Jalan rusak dibiarkan berlubang. Memasuki pasar, bau busuk menyengat hidung. Kios-kios tempak semrawut. Untuk sebagian pedang yang mendapat tempat berjul, mereka melatakkannya di atas meja. Sebagian lagi, meletakkan jualannya di tanah. Jualan, baik sayur, ubi, cabe, dan lain-lain tampak kotor.
Ironinya, semua pedagang di pasar ini membayar pajak setiap hari. Ada petugas dinas pendapatan kota Jayapura setiap pagi datang kasih karcis ke setiap pedagang. Bahkan mama-mama Papua yang duduk jual satu-dua tumpuk keladi dan singkong pun dapat karcis. Setelah terima karcis, mereka bayar sesuai nilai yang tertera di karcis.
Kondisi pasar Youtefa merupakan salah satu potret buruknya pelayanan publik pemerintah kota Jayapura. Walikota, Tomi Mano mempromosikankota Jayapura meraih Adipura. Tetapi kurang memperhatikan kebersihan di pasar Yotefa. Para pedagang berjualan di tengah semrawautnya pasar. Ditambah lagi bau busuk yang menyengat. Padahal, para pedang sudah bayar retribusi pasar.
Seharusnya, pasar Yotefa bersih dan tertata rapi. Pemerintah kota Jayapura perlu menata pasar, memperbaiki jalan, dan menyediakan tempat sampah. Selama ini, warga membuang sampah sembarangan karena terbatasnya tempat sampah. Bukan itu saja, petugas kebersihan pun jarang mengangkut sampah-sampah yang berserakan.
Untuk jangka panjang, perlu dipikirkan kemungkinan merelokasi pasar tersebut. Alasannya, saat ini pasar Yotefa berada di dataran paling rendah, sehingga selalu terendam air saat musim hujan. Para pedagang selalu menderita rugi karena barang-barangnya terendam air. Para pembeli pun selalu mengeluhkan kondisi pasar yang kotor dan bau busuk saat musim hujan.
Walikota Jayapura, Tomi Mano perlu belajar dari Jokowi saat memimpin kota Solo yang memperbaiki puluhan pasar tradisional. Menurut kesaksian Jokowi, pasar tradisional yang diperbaikinya sangat menunjang proses transaksi. Para pedagang berjualan di pasar yang bersih dan rapi. Pada pembeli pun senang karena tidak mencium aroma busuk di area pasar. Bahkan menurut, Jokowi dengan memperbaki pasar-pasar tradisional, pendapatan daerah meningkat tajam. Pedagang menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang tidak sedikit.
Selain perhatian pemerintah, diperlukan partisipasi dari segenap warga masyarakat yang menggunakan pasar Yotefa untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian pasar. Masyarakat sering buang sampah di sembarang tempat. Akibatnya, parit-parit tersumbat sampah. Mereka juga berjualan di tepi jalan, bukan pada tempat yang telah disediakan. Akibatnya, jalan keluar masuk pasar menjadi sesak.
Akhirnya, untuk menciptakan pasar Yotefa yang bersih, rapi dan tidak bau busuk, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan segenap warga masyarakat kota Jayapura. Pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana pasar yang memadai. Masyarakat perlu menggunakan sarana yang ada dengan baik. Hanya melalui kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, pasar Yotefa akan menjadi bersih, rapi dan indah [Abepura, 12/4/2014;18.05 WIT]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H