Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yesus dan Injil ke Papua untuk Siapa?

5 Februari 2021   09:00 Diperbarui: 5 Februari 2021   09:18 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Misa di gereja Katolik Santo Martinus de Porez Ayam, Min (dokpri)ggu, 24 Oktober 2020

Siapa mesti membawa Yesus masuk ke dalam rumah hidup orang Papua? Dia sudah datang ke Papua 166 tahun silam, tetapi Dia masih berdiri di luar rumah hidup orang Papua. Apakah kita akan tetap membiarkan Yesus tetap berdiri di luar rumah hidup orang Papua? Kini, saatnya orang Papua mengundang Yesus masuk ke dalam rumah orang Papua.

Kita mengundang Yesus, pribadi terhormat, junjungan kita. Maka, setiap rumah pribadi hidup kita mesti secara sadar, tau dan mau dibersihkan, ditata, dirapikan sehingga Yesus layak memasuki rumah kita dengan riang gembira.

Bilamana kita menjumpai ada Gembala yang masih bersikap apatis terhadap kawanan domba orang Papua dan menahan Yesus memasuki rumah-rumah hidup orang Papua, maka kini tiba saatnya, orang Papua sendiri membersihkan rumahnya dan mengundang Yesus datang, masuk dan tinggal bersama mereka.

Selama satu setengah abad lebih, orang Papua bahkan terasing di dalam rumah Gereja di Papua. Kita menyaksikan, gedung gereja di kota-kota didominasi oleh orang dari luar Papua. Gembala Gereja, petugas pelayanan lainnya, umumnya orang pendatang. Orang Papua terasing di dalam rumah Gereja Papua yang mereka proklamirkan pada 5 Februari 1855 di Mansinam.

Keterasingan orang Papua di dalam rumah Gereja di Papua terjadi lantaran para Gembala tak hadir sebagai Gembala yang baik bagi orang Papua (Bdk. Yohanes 10:1-18). Orang Papua secara sistematis dieliminasi dari keterlibatan di dalam kehidupan menggereja. Kondisi ini tampak jelas di gereja-gereja di kota-kota di tanah Papua.

Orang Papua selaku pemilik Gereja Papua tidak dilibatkan secara penuh dalam mengatur kehidupan menggeraja. Euforia era masionaris masih menggema di Papua. Orang Papua tersingkir di dalam rumah Gereja yang telah mereka deklarasikan sendiri lantaran dominasi jemaat seiman yang berasa dari luar Papua.

Yesus Menderita Bersama Orang Papua 

Bilamana kita menghayati bahwa Yesus telah masuk ke dalam rumah hidup orang Papua, maka bagaimana wajah Yesus Papua kekinian? Kita dapat melihat wajah Yesus di lembah Pegunungan Tengah, di antara hamparan pegungan dan lembah agung Balim. Kita melihat wajah Yesus di tanah berlumpur Asmat sampai daerah Mimika. Wajah Yesus tampak jelas di daerah perbatasan Waris, Keerom, Sota, Merauke sampai di Manowari dan Sorong. Seluruh tanah Papua menggambarkan wajah Yesus itu. Bagaimana rupa Yesus di tanah ini?

Yesus tidak sedang berada di Bait Allah. Ia tidak sedang mengajar. Ia tidak berada di Taman Getsemani atau rumah Pilatus. Ia bahkan tidak lagi berjumpa dengan para murid-Nya dan Ibu-Nya, Maria.

Kini, Yesus Papua sedang berada di Bukit Kalvari Papua. Ia masih tersalib. Tangan-Nya masih terentang  melintasi belahan bumi Barat dan Timur Papua. Kaki-Nya tertancap pada kayu salib. Kepalanya tegak membentang Utara dan Selatan Papua. Darah mengalir tiada henti. Di sekelilingnya tak tampak siapa pun. Ia sendiri menanggung penderitaan luar biasa.

Para murid telah pergi meninggalkan-Nya. Para Gembala, orang-orang pilihan-Nya pun telah menghilang dari kaki salib-Nya. Mama-Mama yang biasa menyertai-Nya telah mengembus nafas akhir mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun