Menjelang sore, kampung Kaye, tepatnya di jembatan gantung yang terbentang di atas kali Fambrep yang menghubungkan Kaye dan kampung baru, "rumah pelangi" dipadati perempuan dan laki-laki.Â
Umumnya orang pendatang. Ada yang datang menggunakan motor listrik. Ada yang berolahraga lari. Mereka umumnya pegawai kantor, pengusaha, dan pedagang di kota Agats.
Di antara kaum pendatang itu, ada pula orang Asmat. Mereka pun datang sekadar berfoto di jembatan gantung itu.Â
Bukan hanya jembatan, pemerintah pusat juga membangun jalan beton di kampung Kaye, yang menghubungkan RSUD Agats dan kota Agats. Selain itu, di dekat jembatan gantung, berdiri megah instalasi penampung air hujan.
Pembangunan jalan, jembatan, dan instalasi air bersih di Asmat merupakan tanggapan pemerintah pusat terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang menelan tujuh puluh tiga korban jiwa anak-anak Asmat pada bulan September 2017-Januari 2018 silam.Â
Korban campak dan gizi buruk terbanyak terdapat di distrik Pulau Tiga, tepatnya di kampung As dan Atat yang mencapai dua puluh tiga anak.
Sebelum pembangunan fisik di Asmat, para petinggi pemerintahan pusat datang ke Asmat. Mereka adalah Menko Pembangunan Manusia, Puan Maharani. Menteri Sosial, Idrus Marham, dan beberapa Menteri lainnya.Â
Bukan hanya para Menteri yang datang ke Asmat, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara, Iriana Jokowi juga datang ke Asmat pada 12 April 2018.
Sepintas kita melihat bahwa pemerintah pusat menanggapi KLB campak dan gizi buruk di Asmat secara luar biasa. Berbagai bantuan kemanusiaan dikerahkan ke Asmat.Â
Tim medis (dokter dan perawat) dan obat-obatan dikirim ke Asmat. Kelompok organisasi, mahasiswa dan wartawan datang ke Asmat untuk memberikan bantuan mereka.
Ada berbagai macam ulasan tentang penyebab campak dan gizi buruk, mulai dari masalah pelayanan kesehatan, pola hidup dan pola makan masyarakat, tempat tinggal yang tidak memenuhi standar kesehatan, jarak kelahiran anak, permasalahan pendidikan dan lain sebagainya.Â