Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengabdian Guru Herlina Silubun untuk Anak-anak Asmat

18 Februari 2019   10:07 Diperbarui: 18 Februari 2019   11:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Herlina Sopia Silubun sedang berbicara pada saat pelatihan SPM dan MBS yang dilaksanakan oleh LANDASAN Papua di Ayam, pada 17-23 Mei 2018. (Dok. Pribadi).

"Saya memiliki moto hidup, 'berjalan sesuai kehendak Tuhan'. Saya mau melakukan yang terbaik untuk sesama. Saya mau orang yang berada di sekitar saya, baik para guru maupun anak-anak Asmat mendapatkan pelayanan terbaik dari saya. Karena itu, saya selalu bekerja dengan tekun, setia, jujur, terbuka dan  tidak banyak bicara," tutur Herlina Sopia Silubun, Kepala SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam, pada Jumat, (31/1/2019).

Siapa tidak mengenal Asmat? Tempo dulu, sebelum agama Katolik masuk di Asmat, tepatnya, 3 Februari 1953, melalui misionaris Pastor Zegward MSC, manusia Asmat mempraktekkan pengayauan (perburuan kepala manusia). Manusia Asmat juga terbiasa mengambil makanan di alam. Demikian halnya, wilayah geografis Asmat diliputi oleh tanah lumpur dan rawa-rawa sehingga segala aktivitas berlangsung di atas papan.

Kondisi sosial, budaya, adat-istiadat dan geografis Asmat menjadikan manusia Asmat unik. Mereka pergi ke dusun. Di dusun mereka mendirikan bevak. Lalu, mereka tinggal berminggu-minggu untuk mencari makanan. Sesudahnya, mereka kembali ke kampung. Setelah persediaan makanan habis, mereka akan pergi ke dusun lagi.

Pada saat orangtua pergi ke dusun, mereka membawa serta anak-anak sehingga anak-anak tidak bisa mengikuti pendidikan formal di sekolah dasar yang ada di kampung. Orangtua membawa anak-anak ke dusun. 

Di sana, orangtua mengajari anak-anak untuk berjuang hidup dan mencari nafkah. Orangtua menunjukkan batas-batas dusun dan tempat mencari makanan. Orang ua juga mengajari berbagai pengetahuan praktis kepada anak-anak. Semua berlangsung di dusun.

Bagi sebagian guru, kondisi sosial, budaya, adat-istiadat orang Asmat merupakan kendala dalam mendidik generasi Asmat. Namun, bagi Herlina, kondisi hidup orang Asmat justru menantang dirinya untuk semakin rendah hati dalam melayani anak-anak Asmat. 

Sebagai pribadi yang sudah menyatu dengan tanah lumpur Asmat dirinya memahami perilaku hidup orang Asmat. Bahkan Herlina sudah merasa seperti orang asli Asmat sehingga dirinya menikmati hidup bersama orang Asmat tanpa mengeluh.

Di Ayam, Herlina tinggal di rumah guru. Letaknya di kompleks sekolah. Di rumah sederhana itu, Herlina tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. 

Di rumah itu pula, tidak jarang Herlina menerima anak-anak yang belum lancar membaca, menulis dan berhitung untuk datang belajar pada sore hari. Dan untuk menopang ekonomi keluarga, Herlina membuat kios kecil yang menyediakan kebutuhan masyarakat sekitar.

Kampung Ayam. Letaknya jauh dari Agats, ibu kota Kabupaten Asmat. Perjalanan dari Agats ke Ayam menyusurui sungai Asuwets menggunakan speed boat. Waktu tempuh 1 jam, apabila menggunakan speed boat 45 PK.

Ayam merupakan pusat Distrik Akat. Di pusat Distrik ada lima kampung yaitu Waw Cesau, Ayam, Bayiw Pinam, Cumnew dan Jowes. Enam kampung lainnya, Manep, Simini, Fakan, Beco, Yuni dan Buetkwar berada di luar pusat Distrik Akat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun