Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pejuang Pasar Mama-Mama Papua Itu Telah Pergi

21 Mei 2016   09:40 Diperbarui: 27 Desember 2016   04:36 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih segar dalam ingatan saya. Kami rapat tanggal 19 Oktober 2014, di kantor Koperasi Mama-Mama Pedagang Asli Papua (KOMMPAP). Pada waktu rapat, ada salah satu Mama Papua yang datang marah-marah. Bahkan Mama ini, pegang Rojit punya kepala dan putar-putar sambil mencaci-makinya. Rojit santai dan tenang-tenang saja. Bahkan Rojit tersenyum, sehingga si Mama ini tambah emosi. Jauh sebelumnya, Mama-Mama Papua sudah sering marah Rojit. Hampir setiap hari Rojit dapat marah dari Mama-Mama Papua, tetapi ia menanggapinya dengan senyum khasnya itu.

Ada banyak kisah tentang Rojit dan perjuangannya untuk pembangunan ekonomi orang Papua. Pasar Mama-Mama Papua di tengah kota Jayapura merupakan satu bagian dari perjuangannya itu. Rojit memiliki pemikiran sederhana, tetapi menguras energi yaitu orang Papua bisa menjadi pelaku ekonomi yang produktif. Orang Papua bisa menjadi pedagang profesional. Sebab, kalau orang Papua memiliki ekonomi yang mapan, maka mereka bisa hidup sejahtera. Idealismenya ini dipegang teguh sampai akhir hidupnya.

Rojit konsisten. Sejauh pengalaman saya bersamanya sejak Agustus 2008, ia setia hadir di tengah Mama-Mama. Tetapi, jauh sebelum itu dirinya dan kawan-kawan di SKP Keuskupan Jayapura sudah bekerja serius untuk mengurus pasar untuk Mama-Mama Papua. Bersama Br. Theo van den Broek OFM, Br. Budi Hernawan OFM, Br. Rudolf Kambayong OFM, Fr. Timotius Sefire OFM, kakak Frederika Korain, Rosa Moiwend, Bapa Neles Siep, Bapa Untung Dien dan kawan-kawan lainnya.

Kehadiran Rojit di antara Mama-Mama Papua menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan ekonomi kapitalis yang selalu berorientasi pada pemilik modal. Rojit hadir untuk membuka mata dan telinga para pengambil kebijakan di Papua agar membangun pasar khusus untuk Mama-Mama Papua dan menata ekonomi orang Papua secara kontekstual. Sebagai intelektual muda Papua yang berjiwa aktivis idealismenya untuk penataan ekonomi orang Papua tidak pernah surut. Karena itu, tepatlah ia mendapat gelar, “Bapak Ekonomi Orang Papua”.

Rojit tidak berbicara tentang teori ekonomi. Ia langsung pada tindakan konkret pemberdayaan ekonomi bagi orang Papua. Rojit meletakkan dasar bahwa kalau mau melatih orang Papua menjadi pebisnis atau pelaku ekonomi yang handal, tidak bisa dari balik meja, harus turun ke jalan-jalan, merangkul dan membawa orang-orang Papua untuk berpikir serius dan bertindak benar dalam menata ekonominya. Salah satu caranya adalah perlu ada pasar khusus supaya orang Papua belajar berdagang!

Rojit biasa mengatakan, “Di pasar Mama-Mama Papua yang permanen, di sana Mama-Mama dan orang Papua belajar menjadi pelaku ekonomi. Ada tempat orang Papua berjualan sayur-mayur, sagu, ikan, roti, aksesoris Papua, makanan khas Papua dan lain-lain. Selain itu, harus ada koperasi dan tempat pendidikan untuk Mama-Mama punya anak-anak.” Suatu pemikiran yang relevan dan kontekstual dengan pola dan perilaku ekonomi yang sejalan dengan budaya dan adat-istiadat orang Papua.

Hari ini, dan seterusnya gagasan ekonomi orang Papua yang sudah diletakkan oleh Rojit akan tetap tinggal, hidup dan berkembang dalam generasi Papua. Orang Papua tidak akan pernah lupa pada perjuangan Rojit untuk menegakkan kedaulatan ekonomi dan keadilan bagi orang Papua, khususnya Mama-Mama Papua.

Para penjahat bisa melenyapkan nyawa Rojit di tepian pantai Hamadi, kota Jayapura, tetapi spritualitas, konsistensi dan kesetiaannya untuk memajukan ekonomi orang Papua akan tetap bergema, bahkan akan semakin menggeliat. Karena itu, untuk para pelaku kejahatan ini, Anda jangan pernah bermimpi bahwa rakyat negeri ini sedang terlelap. Anda telah menabuh tifa perlawan menjadi lebih keras. Anda telah mengajari orang Papua apa artinya ketidakadilan, penderitaan, perjuangan dan bahkan kematian tragis. Perlakuan Anda akan dicatat dalam sejarah negeri ini. Anda telah mengajari orang Papua makna sebuah perjuangan demi pembebasan.

Rojit..., mengiringi kepergianmu untuk selamanya ke tanah kelahiranmu di Sorong, saya menuliskan kisah ini. Sebuah kisah, yang mengingatkan saya dan segenap rakyat Papua untuk bersatu, menata perekonomian di atas dasar nilai-nilai budaya dan adat-istiadat. Kisah tentangmu adalah kisah perlawanan terhadap ketidakadilan ekonomi bagi orang Papua.  

Selamat jalan kakak Robert Jitmau. [Abepura, 21 Mei 2016; pukul 11.09 WIT]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun