Mohon tunggu...
Petra Wahyu Utama
Petra Wahyu Utama Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sejarah

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” -Pramoedya Ananta Toer-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Bugis Tanjungpinang, Eksistensi Orang Sulawesi Selatan di Tanah Melayu

30 Desember 2019   22:55 Diperbarui: 31 Desember 2019   01:22 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Bugis Tanjungpinang, Sumber: ANTARA

Saat ini Kampung Bugis telah menjadi salah satu kelurahan yang terletak di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Dalam catatan sejarah, pascaperseteruan Raja Sulaiman dengan Raja Kecil dari Siak pada tahun 1718, banyak orang dari Sulawesi Selatan (Bugis/Luwu) yang datang ke tanah Melayu.

Orang-orang Melayu menganggap para pendatang ini sebagai saudara karena telah berjasa membantu mereka mengalahkan Raja Kecil dari Siak. Sebagai rasa terima kasih orang-orang Melayu kepada orang Bugis yang telah membantunya, maka mereka kemudian memberikan tempat untuk ditinggali.

Dari masa ke masa orang-orang Bugis pun semakin banyak yang berdatangan dan tempat tersebut lambat laun berkembang menjadi sebuah perkampungan. Suku Bugis/Luwu ini sangat cepat berasimilasi serta berbaur dengan orang-orang Melayu.

Tidak heran jika banyak sekali perpaduan budaya antara Melayu dan Bugis yang dapat dilihat di hampir seluruh wilayah Kepulauan Riau. Kampung yang telah berdiri sejak ratusan tahun ini tentunya terkait erat dengan Sejarah Melayu di Kepulauan Riau yang menempatkan orang-orang Bugis ke dalam tata pemerintahan pada masa lampau.

Mereka yang memiliki posisi dalam pemerintahan ini kemudian disebut dengan para Yamtuan (Yang Dipertuan) yang kedudukannya setara dengan para Zuriat (bangsawan) Melayu.

Kisah Opu Bugis Lima Bersaudara

Dalam bingkai sejarah pra-kemerdekaan Indonesia, perang saudara menjadi hal yang lumrah terjadi dan sering dijumpai di berbagai tempat. Pergolakan-pergolakan terjadi akibat perebutan harta, tahta dan kekuasaan.

Kepulauan Riau yang merupakan bagian dari Alam Ketamadunan Melayu juga mengalami hal yang sama. Johor yang pada saat itu menjadi legasi dari kesultanan Malaka terlibat ke dalam intrik perebutan kekuasaan. Dendam ini muncul karena sebelumnya seorang hulubalang yang bernama Megat Sri Rama bersiasat dengan Bendahara Tun Abdul Jalil untuk membunuh penguasa yang sah yakni Sultan Mahmud Syah (1685-1699). Siasat ini berhasil dan tampuk kekuasaan akhirnya jatuh ke tangan Tun Abdul Jalil dan keluarganya.

Keturunan Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri kejaran Tun Abdul Jalil (Hikmat Ishak, 2001: 52). Peristiwa ini kemudian menimbulkan dendam bagi keturunan dari Sultan Mahmud Syah yang dikenal dengan sebutan Raja Kecik dari Siak. Ia kemudian meminta bantuan dari orang-orang Minangkabau, Suku Laut, dan persenjataan dari Belanda untuk menggempur Johor. Tun Abdul Jalil kemudian terbunuh dan Johor kemudian berhasil dikuasai oleh Raja Kecik.

Terbunuhnya Tun Abdul Jalil ini rupanya kembali menyebabkan dendam di hati anaknya yaitu Raja Sulaiman. Untuk mengalahkan Raja Kecik dari Siak, Raja Sulaiman meminta bantuan kepada orang-orang yang berasal dari Sulawesi Selatan dengan julukan Opu Bugis Lima Bersaudara. Mereka adalah Daeng Parani, Daeng Marewah, Daeng Chelak, Daeng Menambung, dan Daeng Kemasi. Raja Sulaiman dan Opu Bugis Lima Bersaudara akhirnya bersepakat untuk menyerang Raja Kecil.

Perang pun kembali terjadi, Pasukan Raja Sulaiman yang bergabung dengan angkatan perang Bugis kemudian menyerang pasukan Raja Kecil di Bintan dan Siak. Raja Kecil beserta pendukungnya kemudian berhasil dikalahkan. Raja Sulaiman kemudian dinobatkan sebagai Sultan dan di masa kepemimpinannya pusat Kerajaan Johor kemudian dipindahkan ke Pulau Bintan (Ismail Hussein, 1979: 59).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun