Mohon tunggu...
Husaini Algayoni
Husaini Algayoni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kolumnis

Dalam seruputan secangkir kopi ada imajinasi. Hobi membaca, menulis, travelling, menonton, mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesona Guru yang Memiliki Sense of Humor Tinggi

3 Mei 2014   20:42 Diperbarui: 25 November 2020   08:13 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dunia pendidikan  telah berkembang pesat seiring dengan perubahan  zaman, pendidikan modern yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tekhnologi yang serba canggih dan strategi (metode) pembelajaran di ruang  kelas juga semakin bervariasi. 

Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, sang pendidik biasanya hanya fokus pada materi pelajaran yang harus dikejar dan fokus terhadap srategi pembelajaran yang terkadang  membuat murid menjadi bosan di  ruang kelas.

Dengan  berkembangnya dunia pendidikan, namun ada satu hal yang ditinggalkan dari pendidik ketika berlangsungnya belajar mengajar diruang kelas yaitu strategi mengajar dengan humor. 

Srategi dengan  humor ini terkadang dilupakan oleh sang pendidik sehingga murid merasa bosan di  ruang  kelas. Bosan adalah penyakit yang amat berbahaya, termasuk dalam pembelajaran. 

Jika penyakit bosan menyerang seseorang, maka  ia menderita luar biasa. Orang yang  diserang penyakit bosan sebagian besar organ tubuhnya menjadi tidak produktif. Bahkan, otakpun tidak akan mau  diajak kompromi untuk berpikir dan memproses informasi. 

Begitu bahayanya penyakit bosan ini menyerang siswa di ruang kelas oleh karena itu guru harus mengusir rasa bosan itu dengan strategi humor yang  bisa menyembuhkan penyakit bosan itu.

Dari pengalaman penulis ketika praktek pengabdian lapangan  (PPL) yang  harus fokus terhadap silabus dan RPP  dan sebagai guru pasca praktek tersebut, ada yang kurang nyambung antara pendidik dengan siswa yaitu rasa emosional dan siswa merasa bosan  di ruang  kelas. 

Penulis mencari solusi dari  situasi tersebut dan penulis menggunakan strategi humor, beberapa minggu kemudian ada perkembangan situasi di ruang kelas yaitu adanya interaksi yang menyambung antara pendidik dengan siswa, siswa lebih ceria dari sebelumnya, tidak tegang, lebih santai dalam belajar dan tentunya rasa bosan itu tidak ada lagi di ruang kelas.

Ternyata rasa humor di ruang kelas lebih efektif dalam belajar-mengajar, di satu sisi materi pelajaran cepat ditangkap oleh murid dan di satu sisi yang  lain  murid tidak bosan di ruang kelas. Sebagaimana Cooper dan Sawat (1999) menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah. 

Kemudian Staton (1978) juga mendukung pendapat tersebut bahwa  cerita yang dianggap penting atau kecakapan mempergunakan kesempatan  yang tepat untuk  menyisipkan humor secara bijaksana sepanjang pemberian  pelajaran, akan mendorong siswa untuk tidak bosan-bosannya  mengikuti pelajaran tersebut.

Perlunya seorang guru memiliki sifat penggembira juga dikemukakan oleh Lighart (1951), beliau menyatakan: “Seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Artinya, suka tertawa merupakan sifat guru yang sangat diharapkan. Bahkan, guru diharapkan dapat menciptakan suasana riang di dalam  kelas, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk tertawa secara bersama-sama pada saat yang tepat.

 

Lima Manfaat Humor

Dalam buku “Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor”; karangan Darmansayah, S.T.,M.Pd. Darmansyah  (2002), melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi siswa terhadap guru yang menyisipkan humor dalam pembelajaran. 

Hasilnya mengungkapkan bahwa guru yang mereka senangi itu adalah guru yang memiliki sense of humor tinggi. Temuan penelitian ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran, baik ditinjau dari sisi guru maupun dari siswa sendiri. 

Artinya, guru harus memerhatikan betul apa yang  disenangi siswa dalam  pembelajaran dan siswa akan mendapatkan keuntungan jika faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan kualitas interaksi guru dapat saling terpenuhi di antara keduanya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terungkap bahwa humor diperlukan dalam pembelajaran. Siswa menyenangi humor, karena dapat membantu mencairkan suasana dalam kelas yang terkadang harus mereka alami dalam waktu yang  relatif lama dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama: humor sebagai pemikat perhatian siswa. Sisipan humor yang tepat dari seorang  guru, dapat lebih mengarahkan fokus siswa terhadap materi pelajaran.

Kedua: humor membantu mengurangi kebosanan dalam belajar. Menurut hasil penelitian humor ini  dapat menghilangkan kebosanan dalam pelajaran.

Ketiga: humor membantu mencairkan  ketegangan di  dalam kelas. Menurut pendapat pakar bahwa seorang guru yang humoris dapat masuk ke dalam semua situasi batin  siswa. Sehingga memungkinkan seorang guru dapat berimprovisasi dengan humor. Guru dapat memecahkan suasana  tegang itu dengan memunculkan humor pada saat memungkinkan.

Keempat: humor membantu mengatasi kelelahan fisik dan  mental dalam belajar.

kelima: humor untuk memudahkan komunikasi dan interaksi.

Jauh sebelum para ilmuwan  di atas mencetuskan manfaat humor dan perlunya metode humor dalam mengajar padahal Nabi kita, Nabi Muhammad Saw telah mempraktekkan senda-gurau bersama para sahabat namun rasa humor (senda-gurau) yang beliau lakukan sedikitpun tidak konteks kebenaran. 

Dalam sebuah hadits berikut ini dapat memberi gambaran metode ini:

Di riwayatkan dari Anas ra, dia berkata: “Sesungguhnya seseorang pernah meminta seekor unta (zakat) kepada Rasulullah untuk meringankan  beban  dalam membawa barang-barangnya, maka  Rasulullah berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya aku akan membawamu  (menaikkanmu) ke atas seekor anak unta.’ Lalu orang tersebut berkata: ‘Wahai Rasulullah, apa yang dapat aku perbuat dengan anak unta tersebut ? ‘Rasulullah saw bersabda (dengan  maksud bercanda): “Bukankah unta itu anak dari induk unta?’”(H.R Imam abu dawud dan Tirmidzi).

Sikap humoris Rasulullah Saw yang tergambar dalam hadis dimaksudkan untuk memahamkan orang tersebut bahwa seekor unta sebesar dan sekuat apa pun dalam membawa barang-barang, maka tetaplah ia seekor anak unta.

Begitu pentingnya strategi humor dalam belajar mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan menerima materi-materi pelajaran di dalam kelas, semoga guru-guru di Indonesia bisa menerapkan strategi humor ini ketika mengajar karena guru yang humoris lebih disukai oleh siswa dari pada guru yang pintar tapi membosankan di dalam kelas.

 

 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun