Mohon tunggu...
Perra Paudiawati
Perra Paudiawati Mohon Tunggu... Lainnya - Perra. P

Perra Paudiawati UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Syari'ah dan Hukum Hukum keluarga 1 C 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dewi Kumari

31 Oktober 2020   07:20 Diperbarui: 31 Oktober 2020   08:19 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan Dewi Kumari
Semenjak Kumari terakhir, Kumari dari Basatanpur tidak lagi memenuhi syarat dan kehilangan sifat ke-dewian (dikarenakan telah mengalami menstruasi), maka dipilihlah Kumari baru sebagai penggantinya. Seorang kumari harus murni berasal dari klan Shakya atau setidaknya berasal dari Newar. Seorang calon kumari harus memiliki 32 sifat yang menggambarkan kesempurnaan Dewi yang diringkas seperti yang tertera berikut:
Harus memiliki kesehatan yang sempurna atau tidak memiliki riwayat penyakit.

Memiliki rambut yang hitam lurus dan sedikit melengkung di sisinya.
Pupil mata yang gelap dan indah
Suara yang jernih dan nyaring
Lengan yang panjang dan ramping
Telapak tangan dan kaki yang halus
Badan yang tidak bau
Tidak pernah mengucurkan darah
Masih perawan dengan tubuh yang sempurna
Bentuk tubuh seperti pohon banyan
Bulu mata seperti bulu mata sapi
Gigi yang putih dan tidak jarang
Raut muka yang berseri
Paha seperti paha rusa
Leher seperti cangkang kerang
Lidah yang lembab dan kecil
Memiliki 20 gigi tanpa ada yang cacat
Memiliki organ seksual yang berkerja.

Persyaratan terpenting adalah bahwa sang calon Kumari  belum pernah mengalami menstruasi. Ada sebuah kepercayaaan bahwa jika Kumari mengalami menstruasi maka ia akan kehilangan kekuatannya dan kembali menjadi gadis biasa.

Proses pemilihan Kumari dilakukan pada 8 hari Dashain yang dinamakan dengan Kalratri (black night). Seorang calon Kumari ( yang berumur 3 tahun) ditinggalkan di sebuah ruangan bersama dengan 108 kepala kerbau dan kambing yang ditaruh diatas genangan darah bersama seorang pria bertopeng menyeramkan yang menari. Hal-hal tersebut bertujuan untuk menguji keberanian sang calon Kumari. 

Apabila gadis itu menangis dan ketakutan maka ia akan langsung didiskualifikasi dan akan dicari gadis lain yang dapat tersenyum melihat sang pria bertopeng yang menari. Kemudian sang calon Kumari dibawa ke halaman Kuil Taleju dan menghabiskan malam dikelilingi beberapa kepala hewan dan lilin-lilin diantaranya. Jika sang calon Kumari menyelesaikan malam tersebut, ia akan dibawa menuju ritual selanjutnya untuk membersihkan masa lalunya dan dipindahkan ke rumah khusus Kumari.

Kehidupan Sang Kumari
Seorang Kumari dituntut harus tinggal di rumah khusus Kumari yang terletak di Istana Malla dan berpisah dengan keluarganya. Selama menjadi Kumari ia harus tinggal di sana, ia hanya akan keluar pada upacara keagamaan tertentu.

Kumari harus mengenakan pakaian berwarna merah, rambutnya disanggul di atas kepalanya dan ditata ala Kumari. Di dahinya ada gambar seperti mata ketiga dan ia harus menggenakan sepasang gelang emas. Tetapi dalam acara formal, khususnya di acara arak-arakannya, kehadiran Kumari begitu special. ia akan dipakaikan banyak perhiasan hadiah dari raja dan  para pemujanya, baju merah  menyala yang berkilau, dilukiskan tikka besar di dahinya dan eye-liner di matanya.

Setiap pagi, setelah ia dimandikan dan dikenakan pakaian, ia dibawa ke singgasananya untuk dipuja oleh pendeta Hindu di Kuil Taleju diikuti oleh jemaat yang bukan golongan pendeta. Ia juga memiliki waktu untuk bermain dengan cucu dari pembantunya dan mendapatkan pelajaran sekolah dari guru privatnya. Dalam satu hari, biasanya ia kedatangan puluhan jemaat/turis yang melakukan Pooja kepadanya.

Pantangan dan Tantangan bagi Seorang Kumari
Berdasarkan liputan dari Channel Vice, ada beberapa tantangan bagi seorang Kumari (walaupun beberapa pantangan telah diperlonggar karena mendapat protes dari organisasi hak asasi manusia), berikut diantaranya:

Seorang kumari tidak boleh mengalami pendarahan dan harus dijauhkan dari darah
Tidak boleh memakai pakaian selain warna merah
Kakinya tidak boleh menginjak tanah
Hanya diperbolehkan bicara kepada keluarga intinya
Dipisahkan dari keluarganya, walaupun sekarang sang Kumari telah diperbolehkan menemui keluarganya kapan pun.
Tidak boleh berekpresi karena setiap ekspresi Kumari melambangkan makna tertentu, seperti:
Menangis atau tertawa keras: penyakit serius atau kematian
Menangis atau menggosok mata: kematian akan segera terjadi
Gemetar: penjara
Tepuk tangan: alasan takut pada raja
Memilih persembahan makanan: kekurangan finansial
Harus melalui masa seleksi yang sangat berat
Dan lain-lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun