Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lomba Liwet Hari Santri dan Harapan Bisa Berperan dalam Pembangunan

20 Oktober 2018   15:39 Diperbarui: 20 Oktober 2018   15:50 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lapangan Setda Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang biasanya sepi, Sabtu siang tadi mendadak ramai oleh santri dan santriwati dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah mereka tidak ratusan, tetapi hampir mencapai 3.000 orang.

Mereka, tiada lain sedang mengikuti Lomba menanak nasi liwet yang digelar dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober.

"Ini merupakan lomba cukup besar yang diselenggarakan di Kabupaten Tasikmalaya, dan diselenggarakan sebagai puncak peringatan Hari Santri di Kabupaten Tasikmalaya, " kata KH. Anwar Nasori, ketua panitia.

Menurut Anwar Nasori, peserta yang tercatat mengikuti acara tersebut, sebanyak 2930 orang. Mereka berasal dari 1001 pesantren  di Kabupaten Tasikmalaya yang terkenal dengan Kota Santri tersebut.

Selain besar dilihat dari sisi peserta, juga dari alat yang digunakan. Untuk keperluan lomba tersebut, misalnya, pihaknya sengaja menyediakan hampir 3000 kastrol atau alat menanak nasi liwet.

Pihaknya juga menyediakan tungku dalam jumlah hampir sama dengan kastrol, plus kayu bakar. Pasalnya, dalam lomba meliwet tersebut, panitia sengaja tidak memperbolehkan peserta menggunakan kompos gas, tetapi tungku alami terbuat dari kayu bakar yang di atasnya dipasangi bambu memanjang dengan batu sebagai penyangganya.

"Penggunaan tungku seperti ini agar para santri selalu ingat kepada ciri khas liwet tradisional," katanya.

Di lain pihak, sejumlah santri yang mengikuti lomba dalam puncak acara Peringatan Hari Santri Nasional di Kabupaten Tasikmalaya mengaku senang bisa mengikuti acara tersebut.

Mereka senang, selain karena bisa memperlihatkan kemahirannya membuat liwet seperti sering dilakukan di pesantren dengan membawa resep khusus dari pesantrennya, juga karena statusnya sebagai santri makin dihargai.

"Dengan acara ini, kami merasa bahwa santri sekarang semakin diakui keberadaannya di Tanah Air. Kami harap, peran santri di negeri ini semakin besar, untuk pembangunan," kata Yuyus Saeful Rohman, seorang santri.

Yuyus mengatakan, pemerintah selama ini sudah memberikan perhatian kepada santri di pesantren-pesantren khususnya yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Namun ia berpendapat, pemberdayaan santrinya kurang maksimal.

"Ke depan, mudah-mudahan berubah," katanya kepada penulis.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun