Mohon tunggu...
Aam Permana S
Aam Permana S Mohon Tunggu... Freelancer - ihtiar tetap eksis

Mengalir, semuanya mengalir saja; patanjala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gamelan, Hadiah Adu Muncang dari Mataram

10 Agustus 2018   08:10 Diperbarui: 10 Agustus 2018   08:27 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pernah menjadi daerah yang memiliki muncang paling kuat di Pulau Jawa atau di daerah kekuasaan Mataram. Muncang Sumedang , bisa mengalahkan muncang lainnya dalam sebuah acara adu muncang.

Buktinya, ada di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, berupa gamelan kuno dan antik.

Bila kita melongok musieum, di salah satu ruangan bernama Ruang Gamelan, ada seperangkat gamelan bergaya Jawa. Di salahsatu gamelannya, ada catatan bahwa gamelan tersebut merupakah hadiah dari Mataram atas "prestasi" Sumedang dalam adu muncang. Namanya Gamelan Sari Oneng.

Gamelan hadiah dari Mataram atas prestasi Sumedang dalam adu muncang ini, berada dalam ruangan sama dengan gamelan bernama Sari Oneng lainnya. Namun gamelan terakhir, konon, pernah melanglangbuana ke Belanda, namun kembali lagi ke Tanah Sunda, kemudian menjadi penghuni Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.

"Gamelan ini, memang hadiah dari Mataram karena Sumedang menjadi jawara dalam adu muncang," tutur seorang petugas musieum, Ny. Lilis.

Sayangnya, di museum tidak ada bukti fisik berupa muncang terkuat di daerah kekuasaan Mataram tersebut. Pasalnya, konon, muncang Sumedang yang memenangkan saembara adu muncang, diserahkan ke Kerajaan Mataram.

Namun demikian, keterangan dalam gamelan tersebut, betapapun, telah menjadi bukti penting bahwa adu muncang sudah ada sejak jaman dulu. Hal itu juga menjadi pertanda bahwa adu muncang merupakan warisan budaya leluhur di Tanah Jawa, termasuk di Sumedang, sama halnya dengan balap kuda. Adu muncang menjadi kalangenan orang tua kita dulu.

Fakta soal adu muncang pernah menjadi bagian kehidupan orang Sumedang dulu termasuk para menak dan keluarganya, sepertinya sudah dilupakan. Di Sumedang, kalangenan adu muncang ini, kini bahkan sudah mulai hilang.

Ini patut disayangkan. Kita, seharusnya melestarikan budaya adu muncang tersebut, agar tidak punah.

Mungkin, ada baiknya dipikirkan oleh Kabupaten Sumedang untuk menggelar acara rutin adu muncang, misalnya dalam peringatan Hari Jadinya. Kalau tidak, oleh Yayasan Pangeran Geusan Ulun Sumedang, karena dulu pun kalangenan itu digemari sekali oleh para menak dan keluarganya.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun