DIGITALITASI TRANSAKSI DI PASAR TRADISIONAL : Upaya Penggunaan Teknologi Guna Mengimbangi Era Society 5.0
Yudha Adi Putra
Pengantar : Potret Pasar Tradisional
Menurut William berpendapat bahwa pasar merupakan sekumpulan orang yang memiliki suatu kepentingan yang puas, yaitu uang yang digunakan untuk belanja. Selain itu pasar juga sebagai tempat yang memiliki kemauan untuk membelanjakan uang tersebut(Ananda, 2022). Belanja di pasar tradisional itu ribet, kadang ramai, belum lagi tempatnya kumuh dan kotor.Â
Begitulah pendapat dan pandangan dari Tito, teman saya yang saya tanyai kenapa dia tidak suka belanja di pasar tradisional. Belanja di pasar tradisional juga memiliki keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang ada di pasar tradisional adalah mengenai transaksi pembayaran.Â
Ketika di pasar tradisional, pembayaran yang terjadi sering harus memakai uang tunai. Model transaksi seperti ini kadang membuat generasi muda enggan berbelanja ke pasar tradisional.Â
Saat ini sudah era digital, pembayaran itu dapat memakai metode non-tunai, tetapi pasar tradisional tidak dapat melakukan pembayaran dengan non-tunai. Itu adalah pandangan dari Ita, teman saya yang saya tanyai mengapa lebih memilih pembayaran dengan non-tunai.
Dalam pembayaran metode non-tunai memang ada kemudahan tersendiri dan lebih diminati oleh generasi muda. Ketika melihat fenomena tersebut, saya merefleksikan ternyata berbicara soal pasar juga berbicara soal generasi yang membersamainya. Dalam pasar tradisional, mungkin penjual dan pembeli yang ada adalah orangtua dengan metode transaksi khas mereka.Â
Kenyataan ini kadang membuat generasi muda enggan datang ke pasar tradisional, menurut mereka pasar tradisional itu untuk orangtua. Jadi kalau anak muda datangnya ya ke mall atau minimarket saja. Sehingga membuat pasar tradisional semakin hari semakin sepi. Meskipun ada berbagai macam pendanaan dan penataan pedagang, tetapi permasalahan yang ada lebih dalam dari pada yang nampak. Persoalan pasar tradisional itu berkaitan dengan nilai yang dihidupi serta narasi yang ada dalam penganut yang menjual maupun membeli.
Pasar Tradisional dan Society 5.0
Society 5.0 adalah sebuah konsep mengenai era masyarakat yang berpusat pada manusia (Human-centered) dan berbasis teknologi (Technology Based) yang dikembangkan oleh Jepang.(SOCIETY 5.0, n.d.) Konsep itu juga berimplikasi berkaitan dengan pasar tradisional. Keberadaan pasar Godean menjadi contoh dari pasar tradisional yang kian hari kian sepi karena turunnya minat generasi muda untuk datang ke pasar tradisional.Â