Mohon tunggu...
Peny Wahyuni Indrastuti
Peny Wahyuni Indrastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah Tangga yang berjuang melawan lupa

Ada kalanya, hati menunjukkan sisi terang. Ada kalanya pula bersembunyi pada sisi gelap. Hanya mantra kata yang bisa membuatnya bicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penantian

4 Januari 2018   12:11 Diperbarui: 4 Januari 2018   12:26 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bangku batu membeku sehabis hujan. Selembar plastik kresek begitu saja menjadi alas. Masih terasa dingin, tapi tak lagi membasah.

Ia yang  gelisah, membiarkan kedua kakinya kadang bersila, kadang berayun, dan sesekali  menggaruk tanah basah dengan sandal karetnya.

Matanya mencuri-curi pandang pintu pagar. Berharap pintu pagar itu berderit, memunculkan sosok yang kini ada di dalam kepalanya.

"Kenapa di sini? Lihat, bibirmu membiru."

Denyar nadinya mengencang.

"Ah, Dia...," gumamnya.

Direngkuhnya sosok itu, membuat tubuhnya hilang dalam satu pelukan.

"Jangan pergi lagi, jangan pergi lagi,"  desahnya menghangati bibirnya yang sudah kelu.

Kemudian ia tak berkata apa-apa lagi, membiarkan hangat pelukan menjalari seluruh tubuhnya.

Hatinya berkisah. Sepanjang menanti, dalil inilah yang terus menggema, " yang Maha, memalingkan hati makhluk untuk pergi atau kembali. Semua bukannya tanpa maksud."

Sesaat ia melayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun