Sering kali sebuah keharusan menuntut kita tampil sempurna tanpa celah. Padahal adakalanya prinsip keharusan seperti itu justru membuat kita jatuh pada sebuah kesalahan dan menjadikannya tidak sempurna.
Misalnya seorang karyawan yang merasa harus tampil sebaik mungkin saat presentasi dihadapan atasannya. Dari mulai pakaian, gaya bicara, bahan presentasi diharuskan sebaik mungkin. Namun kenyataannya, tangannya menjatuhkan pointer, menyenggol gelas bahkan lupa nama file presentasinya.
Atau pemain bola yang harus mencetak gol untuk kemenangan timnya. Justru malah mencetak gol ke kandang sendiri alias gol bunuh diri.
Semakin dituntut harus terkadang semakin terbebani dan pikiran terikat pada tekanan yang makin lama makin mencekik konsentrasi. Justru tanpa sadar pikiran membayangkan hal-hal negatif yang menghubungkan pada kegagalan dan memang berakhir demikian.
Jadi, bongkarlah pagar-pagar keharusan dengan berusaha memberikan sebaik mungkin yang kita bisa. Cukup mensugesti diri untuk melakukan hal terbaik tanpa harus, sehingga pikiran sudah mengkondisikan dan siap walaupun menerima hal terburuk sekalipun.
Bersenang-senanglah dengan presentasi kita dengan rasa percaya diri dan mainkan saja bolanya sebaik mungkin, nikmati serta rasakan bedanya. Dengan begitu apapun hasilnya senyum akan tetap tersaji diwajah bahagia kita. Sekali lagi, bahagia milik kita tanpa kata "harus".