Mohon tunggu...
Pengmas HMSE ITERA
Pengmas HMSE ITERA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengabdian Masyarakat

Divisi Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Sistem Energi Institut Teknologi Sumatera

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berkaca dari Sebuah Kehidupan

14 Oktober 2022   07:41 Diperbarui: 14 Oktober 2022   07:48 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandar Lampung, 2 Oktober 2022

Sore itu cuaca sedang tidak bersahabat, langit terlihat mendung dengan angin yang berembus kesana kemari mencari cela untuk bergerak. Namun, ada kesan tersendiri di hari minggu sore di Kota Tapis Berseri ini, menjelang malam, jalan mulai memadat. Motor dan mobil, sampai kaki-kaki manusia bersatu menjadi paduan musik yang mengalunkan irama serupa. Bukti bahwa manusia hakikatnya memang sama, sama-sama ingin dilihat bahwa ia ada  di dunia.

Langkah kaki, kami lanjutkan dengan berkendara menyusuri hiruk pikuk kota yang menerbangkan kenangan dan harapan untuk hari esok. Hari pun semakin gelap, tapi tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap menyusuri lingkup kota nan indah ini. Sampai pada akhirnya kami bertemu dengan mereka....

Tidak jauh dari keramaian, masih di sekitar lampu merah di salah satu persimpangan. Sekelompok remaja dengan bertelanjang dada dan tubuh yang diwarnai cat keperakan, berdiri di poros jalan dengan membawa sebuah kotak kardus. Kardus tersebut disodorkan kepada  para pengguna jalan yang melintas di sekitar. Tidak perduli hujan ataupun dingin, mereka tetap menjalani aktivitasnya untuk mencari nafkah. Meskipun, mungkin akan lebih rentan terkena masuk angin.

Tidak jauh, ada sebuah gerobak yang menepi di pinggir jalan dan ternyata di dalamnya ada 2 orang anak kecil yang sedang tertidur dengan pulasnya. Mungkin, keduanya tengah bermimpi, di bawah pohon ceri yang belum berbuah. Di samping gerobak, terlihat wajah seorang laki-laki paruhbaya dan mungkin itu adalah ayah mereka. Wajahnya terlihat letih, sesekali menyeka keringat dan mengipaskan topinya ke arah wajahnya. Padahal, cuaca malam itu begitu dingin dengan angin yang bertiup lumayan kencang. Dari kejauhan rupanya ia tengah menghitung uang receh dari balik saku bajunya, satu demi satu lembaran ia sisihkan di muka dengan bersusah payah agar tidak tersapu angin jalanan. Sembari mengawasi kedua anaknya yang masih tertidur agar tidak terganggu oleh nyamuk. 

Tidak lama, ada seorang badut berkepala besar dengan karakter salah satu tokoh di serial anak-anak melintas di hadapan kami. Tubuh badut tinggi besar berwarna kuning dengan mengalungkan speaker kecil di tubuhnya. Kostum badut ini lucu tapi terlalu usang, mungkin karena sudah lama dipakai dan belum dicuci seharian. Langkah badut berlanjut sampai ke pelataran SPBU, dimana setiap pengendara yang baru saja mengisi bensin "didadahi"nya lengkap dengan musik yang dibawakan. Sambil mendendangkan lagu untuk menghibur sekaligus mencari penghidupan dengan kemampuan yang ada.

Hari semakin gelap, sebelum menutup cerita ternyata hujan sudah turun tapi tidak begitu deras. Pemandangan semula yang kami lihat pun, semakin lama semakin kabur dari pandangan karena mereka mungkin saja sudah berteduh ke tempat lain. 

Banyak hal yang tersirat pada cerita malam itu, tapi sedikitnya mengajari hal untuk selalu bersyukur dan selalu belajar untuk menghargai setiap kesempatan dalam hidup, ketika berlebih kita diajarkan untuk tidak lupa memberi. Meskipun, tidak bisa mengubah nasib seseorang, tapi setidaknya kita masih sama, hanya saja jalan cerita yang membedakan.

Sekian cerita dari Divisi Pengabdian Masyarakat, nantikan kami lagi di cerita berikutnya!

Terima kasih

Salam Mahasiswa!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun