Mohon tunggu...
solehuddin dori
solehuddin dori Mohon Tunggu... -

Pengamat berbagai masalah sosial, politik, budaya dan ekomomi, yang berpikiran jernih dan bebas kepentingan apapun. Ingin melihat Indonesia yang maju dan sejahtera.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serunya Kick Andy Vs SBY

22 Maret 2014   15:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiba-tiba saja dalam suasana kampanye Pemilu Legislatif 2014 ini, acara Kick Andy kembali mendapatkan perhatian besar. Penyebabnya adalah rencana kehadiran presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam salah satu episodenya. Tentu saja, kehadiran presiden akan menjadi nilai tambah amat tinggi buat acara inspiratif tersebut. Reputasi Kick Andy akan melonjak karena menjadi satu-satunya acara talkshow serial yang dihadiri presiden SBY. Sebelumnya, SBY hanya bersedia diwawancarai dalam talkshow khusus.

Sayang seribu sayang... episode istimewa itu urung terjadi. Informasi batalnya acara tersebut langsung menyeruak ke seantero negeri. Namanya juga menyangkut presiden, pastilah hal kecil pun menjadi berita. Apalagi ini dalam suasana kampanye. Bisa saja hal ini dimanfaatkan untuk saling menjatuhkan, hehe... Seru. Informasinya beragam. Pro dan kontra. Komentar pun berseliweran tak jelas juntrungannya. Di luar itu, mengerikan juga ya melihat banyak orang hanya asal memberikan komentar. Padahal informasi yang diterimanya belum tentu benar. Hiii... tidak takut berdosa ya, berkomentar kasar, keras tanpa dasar fakta yang benar.

Kalau saya sih, berusaha menelusuri dulu informasinya secara mendalam. Dan tidak akan pernah percaya dengan statement dari salah satu pihak. Ya, ngikutin kerjanya para jurnalis lah, yang pake istilah berita yang berimbang. Soalnya, ngeri juga kalau kita berkomentar salah.

Kita kupas versinya Kick Andy dulu ya...

Katanya, SBY sudah bersedia taping (rekaman) acara Kick Andy. Tapi kemudian batal, karena pihak Sekretariat Negara keberatan dengan sejumlah pertanyaan Kick Andy. Pihak istana memilah dan memilih sejumlah pertanyaan yang sesuai dan meniadakan pertanyaan yang dianggap memberatkan. Giliran pihak Kick Andy yang keberatan dengan pertanyaan yang disiapkan tim Istana. Hal inilah yang membuat rencana rekaman dengan SY batal. Manager Produksi Metro TV Agus Mulyadi menyebutkan pembatalan dilakukan oleh pihak Metro TV.

Versi Sekretariat Negara:

Pihak Kick Andy menyampaikan sejumlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada SBY. Pihak Sekretariat Negara melobi Kick Andy untuk meniadakan beberapa pertanyaan. Lobi tidak disepakati, sehingga pihak Metro TV membatalkan rencana rekaman tersebut.

Versi Istana:

Julian Pasha, jubir mengatakan, rencana acara tersebut bukan dibatalkan tapi ditunda. Istana mempersilakan Kick Andy untuk merencanakan rekaman acara tersebut setelah kampanye legislatif. Julian beralasan pihaknya khawatir jika tayang pada masa kampanye akan dianggap sebagai kampanye partai Demokrat.

Pengamat:

Ada yang pro dan ada yang kontra. Yang jelas, menurut sejumlah pengamat, adalah wajar seorang presiden meneliti terlebih dahulu segala hal terkait penampilannya di depan publik. Tim presiden harus memastikan bahwa tampilnya presiden di depan publik, apalagi di sebuah acara televisi, akan berdampak positif. Hal itu termasuk meminta daftar pertanyaan. Tim presiden memang tugasnya harus memastikan hal-hal tersebut. Reputasi presiden menjadi taruhannya.

Saya sempat lama bergelut di dunia media massa. Dan juga mengalami apa yang dialami oleh Kick Andy. Untuk mengundang pihak-pihak TOP, memang butuh usaha keras. Apalagi mengundang seorang presiden atau wakil presiden. Mereka masuk kategori narasumber Kelas SATU, kelas premium. Persiapannya harus dilakukan dengan cara tidak biasa. Memang begitu kenyataannya.

Bukan perkara mudah mendatangkan mereka. Banyak hal yang akan diteliti oleh timnya. Jangankan dengan Presiden Republik Indonesia, dengan presiden direktur sebuah perusahaan saja, daftar pertanyaan kita diperiksa dulu oleh staf-stafnya. Mereka ingin memastikan bahwa pertanyaan saya bisa dijawab dengan baik oleh presdirnya. Sedangkan kita di media, selain ingin memberikan informasi, juga ingin memberikan sedikit hiburan dengan pertanyaan-pertanyaan agak nakal hehe... Nggak seru dong, kalau pertanyaannya dataaaaar saja, sesuai pesanan tim narasumber.

Di sini saya melihat ada kegagalan dari Tim Kick Andy. Sedangkan Sekretariat Negara dan Istana sudah melakukan tugasnya dengan benar. Tim Kick Andy-lah yang gagal meyakinkan narasumber untuk dijadikan narasumber. Tim Kick Andy belum piawai, sehingga gagal menghadirkan presiden SBY. Padahal, nilai kehadiran SBY dalam acara Kick Andy sangat tinggi. Seharusnya mereka introspeksi diri dan mencari cara paling elegan untuk menghadirkan narasumber-narasumber kelas satu. Narasumber kelas satu lainnya, pasti akan pikir-pikir kalau mendapatkan undangan dari Kick Andy, hehe. Kalau mengundang narasumber biasa mah gampang. Malah mereka yang berbondong-bondong ingin masuk Kick Andy. Tapi beda dengan narasumber kelas satu. Justru sebaliknya, Kick Andy-lah yang harus berjuang keras mendapatkannya.

Selain itu, saya melihat ada azas pemanfaatan dengan munculnya kasus ini. Metro TV berusaha meningkatkan rating Kick Andy, dengan menghadirkan SBY pada saat kampanye legislatif. Bahkan, ketika gagal mendatangkannya pun, mereka membuat pengumuman pembatalan tersebut, sehingga menjadi konsumsi publik. Bahkan menekankan bahwa yang membatalka bukan pihak istana tapi Metro TV sendiri. Gagah bukan? Betapa beraninya Metro TV, hehe. Sebuah strategi komunikasi. Apapun yang menyangkut narasumber kelas satu, pasti menarik. Nama Kick Andy mencuat. Bahkan saya pun rela mengupasnya hehehe... promosi gratis buat Kick Andy bukan?

Saran saya, kalau Kick Andy mau mendatangkan narasumber kelas satu, ya harus dengan strategi yang lebih jitu. Jangan pakai ego. Jangan pakai adu kuat. Yang butuh siapa sih? Orang biasa mah iya butuh publikasi lewat Kick Andy. Lha kalau narasumber kelas satu? Yang butuh siapa? Apalagi sampai membuat dampak negatif seperti saat ini, terhadap calon narasumber. Bisa jadi bumerang. Bisa jadi berefek negatif terhadap Kick Andy sendiri, yang mau makin terkenal karena berhadapan dengan narasumber kelas satu. Bisa saja sang calon narasumber malah memilih untuk talkshow di teve tetangga yang jelas-jelas kompetitor Metro TV.  Yang rugi, Kick Andy sendiri...


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun