Mohon tunggu...
Mas Wartono
Mas Wartono Mohon Tunggu... Guru Ahli Madya, Quizizz Super Trainer, Nara Sumber BPB IKM A3, Penggerak Bergema BLPT A1, Penggerak Dedikatif Komunitas Belajar, Guru Penggerak, Pengajar Praktik, Guru Inovatif, Ketua Komunitas Guru Cakap Teknologi, Analis Data SPSS, Aktor Awan Penggerak

Saya bertugas sebagai guru di daerah terpencil dipulau terluar yaitu Pulau Ndao Nuse, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Saya mengabdi sebagai pendidik sudah 19 tahun. Hobi saya adalah membaca dan mencari tantangan baru dalam dunia pendidikan. Saat ini saya lebih benyak sebagai nara sumber di berbagai kegiatan terutama yang berhubungan dengan kurikulum merdeka.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari ombak: cerita experiental learning di pesisir Ndao Nuse

7 September 2025   12:40 Diperbarui: 7 September 2025   12:37 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: salah satu murid mempresentasikan hasil pengamatan dipantai menggunakan mentimeter. Sumber: Dokumen Pribadi wartono.

Pantai yang Bercerita

Di ujung selatan Indonesia, di sebuah pulau kecil bernama Ndao Nuse, anak-anak SMP belajar dengan cara yang mungkin tak pernah kita bayangkan. Ruang kelas mereka bukan hanya empat dinding yang dingin dan kaku. Papan tulis mereka kadang berganti dengan hamparan pasir, ombak, dan suara nelayan yang baru pulang melaut. Setiap pagi, anak-anak ini melewati pantai yang sama. Kadang mereka melihat ombak tenang, kadang arus begitu kuat. Ada sampah plastik yang menumpuk di tepi pantai, perahu yang ditambatkan, dan wajah lelah nelayan yang baru menurunkan hasil tangkapan. Semua itu sebenarnya adalah buku terbuka yang penuh pengetahuan, hanya menunggu seseorang untuk membacanya. Di sinilah lahir gagasan Experiential Learning, sebuah model pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberi kesempatan kepada murid untuk mengalami, merefleksi, menghubungkan, dan mencipta solusi nyata. Seorang guru di UPTD SMP Negeri 1 Ndao Nuse, Pak Tono, percaya bahwa anak-anak pesisir berhak mendapatkan pengalaman belajar yang tak kalah bermakna dari anak-anak di kota besar. Ia bertanya pada dirinya sendiri: “Kalau pantai adalah ruang hidup mereka sehari-hari, mengapa tidak menjadikannya sebagai ruang belajar yang utama?” Pertanyaan sederhana itu mengubah segalanya.

Potret Siswa Pesisir

Anak-anak SMP Ndao Nuse hidup di lingkungan yang dekat dengan laut. Ayah mereka mayoritas seorang nelayan. Sebagian ibu membuat tenun ikat, berdagang ikan, menjual hasil tangkapan di pasar kecil atau menjemur untuk dijadikan ikan asin. Di sela-sela aktivitas membantu orang tua, mereka bermain bola di pantai, berlari di pasir, atau sekadar duduk memandangi cakrawala. Namun, di balik tawa mereka, ada tantangan besar yang membayangi: 

  • Ekonomi keluarga terbatas. Banyak yang harus membantu orang tua bekerja sebelum atau sesudah sekolah.
  • Akses internet terbatas dua provider. Sinyal sering putus, dan paket data adalah barang berharga.
  • Literasi digital rendah. HP lebih sering dipakai untuk hiburan daripada belajar.
  • Masalah lingkungan nyata. Abrasi terus menggerus daratan, sampah plastik menumpuk di tepi pantai.

Namun, ada satu hal yang tidak pernah hilang: semangat belajar. Anak-anak ini senang jika diajak keluar kelas. Mereka lebih mudah menyerap pelajaran ketika terjun langsung di lapangan. “Kalau belajar di pantai, rasanya tidak bosan,” kata seorang siswa dengan mata berbinar. Bagi mereka, dunia luar adalah kelas. Nelayan, pedagang ikan, hingga ombak laut adalah guru. Yang dibutuhkan hanyalah metode yang mampu menghubungkan itu semua dengan pengetahuan akademik.

Foto: Pembelajaran experiental learning memanfaatkan pantai sebagai sumber belajar. Sumber: Dokumen Pribadi Wartono
Foto: Pembelajaran experiental learning memanfaatkan pantai sebagai sumber belajar. Sumber: Dokumen Pribadi Wartono

Foto: Pembelajaran experiental learning memanfaatkan pictoblock Ai, Sumber: Dokumen Pribadi Wartono.
Foto: Pembelajaran experiental learning memanfaatkan pictoblock Ai, Sumber: Dokumen Pribadi Wartono.

Lahirnya Ide Experiential Learning

Sebagai guru IPS yang juga terbiasa bersentuhan dengan IPA dan TIK, Pak Tono melihat kesenjangan. Teori tentang pembangunan berkelanjutan, abrasi, sampah plastik, dan ekonomi maritim seringkali terasa abstrak bagi siswanya. Mereka tahu pantai rusak, tetapi tidak bisa menjelaskan sebab-akibatnya secara ilmiah. Mereka tahu ekonomi keluarga bergantung pada laut, tetapi belum mampu memandangnya dalam perspektif pembangunan berkelanjutan.

Di situlah ia memilih menggunakan Experiential Learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Model ini diperkenalkan oleh David Kolb, yang menekankan empat tahap:

  • Pengalaman konkret (concrete experience)
  • Refleksi (reflective observation)
  • Konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization)
  • Eksperimen aktif (active experimentation).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun