Mohon tunggu...
Pendeta Sederhana
Pendeta Sederhana Mohon Tunggu... lainnya -

Sederhana itu adalah sikap hati. Hati adalah kita yang sesungguhnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Biji Gandum yang Jatuh ke Tanah dan Mati

25 Mei 2017   00:57 Diperbarui: 25 Mei 2017   01:00 3215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: komkat-kwi.org

Demikian juga apa yang dinamakan dengan kapitalisme ekonomi, yang memberi keleluasaan kepada mereka  yang memiliki akses kepada kapital untuk menguasai  sumber-sumber ekonomi. Dan kita bisa melihat, bagaimana banyak orang terobsesi dengan prinsip uang yang  bekerja, atau orang lain yang bekerja untuk dirinya.

Demikianlah, manusia selalu mengusahakan agar dirinya beradadi atasorang lain, dan bagaimana supaya orang lain bekerja untuk melayani dirinya. Dan hal demikian dilabeli  dengan kesuksesan atau keberhasilan; ketika ia mendapatkan lebih bahkan sangat jauh melebihi dari  apa yang telah dilakukannya. Sementara, orang lain menerima kurang bahkan sangat kurang atau tidak menerima sama sekali apa yang seharusnya diterimanya.

                Apa yang membuat orang selalu berusaha memiliki dan menyimpan lebih banyak,  bahkan  berlebihan?

Jawabannya adalah rasa takut, yang mana induk dari semua ketakutan adalah takut mati. Takut kelangsungan hidup di bumi ini terancam atau terganggu. Namun ketakutan demikian membuat seseorang sangat dekat dengan  kehilangan hidup yang sesungguhnya. Sebab dengan cara demikian,  ia hanya memperoleh hidupnya di bumi ini, namun kehilangan hidup yang  kekal.

                Dengan demikian, hidup  bukan semata–mata hanya untuk kehidupan di bumi ini, apalagi  untuk kesenangan. Tetapi  ditujukan untuk suatu maksud, yakni kehidupan yang sebenarnya di kekekalan. 

                Kesenangan hidup yang sesungguhnya akan kita dapati di bumi baru yang akan datang. Satu kehidupan yang Tuhan sediakan bagi manusia yang melakukan  kehendak-NYA di bumi ini. Dan kehendak Bapa ialah supaya kita tidak lagi takut dengan kehidupan di bumi ini. Tetapi  bagaimana menjadikan hidup di bumi untuk memperoleh kehidupan yang sesungguhnya dengan menjadikan  hidup kita  mendatangkan dan menjadi kehidupan bagi orang lain.

Oleh karena itu, setiap orang harus berhenti berpikir untuk menikmati kehidupan yang nyaman dan menyenangkan di bumi ini. Apalagi jika hal itu didapat dengan membuat susah orang lain. Yang benar ialah, kita harus bersusah payah mengusahakan kehidupan kita dengan mengembangkan segala yang ada pada kita. Bukan untuk tujuan mendapatkan lebih banyak, sehingga bisa menikmatinya dan memuaskan keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup.

Jika dengan segala usaha yang telah dilakukan dalam mengusahkan hidup, kita memperoleh banyak, maka kita harus mengerti bahwa kita merupakan orang yang telah dikaruniai lebih banyak, dengan demikian daripada kita juga dituntut lebih banyak.

Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan( 2 Kor 8:14-15).’

Memang demikianlah sebenarnya, bahwa bumi diciptakan untuk mampu menopang segala hal yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya. Dan jika ada kita dapati, bahwa ternyata banyak orang tidak memperoleh apa yang benar-benar sangat mereka butuhkan untuk sekedar menopang hidupnya, bukan berarti bahwa bumi  sudah tidak mampu  mencukupinya.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya ketimpangan distribusi, ada proteksi yang berlebih, ada penyimpangan regulasi, dan ketidakadilan atau monopoli sehingga akses sebagian atau sekelompok orang kepada sumber-sumber ekonomi terhambat guna mendapatkan apa yang diperlukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun