Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Sepanjang Hayat, Itu Meneruskan Jasa Pahlawan

10 November 2020   07:18 Diperbarui: 10 November 2020   09:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dok Firdan)

Carilah ilmu sampai ke negeri cina, berotak londok berhati masjidil haram, tiga makna yang tersirat dalan tulisan ini sebagai manifestasi dari pengakuan meneruskan jasa pahlawan. 

Pertama belajarlah sampai ke negeri cina, makna yang terkandung adalah kita sebagai generasi muda, penerus estafet bangsa harus berusaha keras untuk belajar, dari sejak lahir, masa anak-anak, remaja hingga dewasa. Semua yang dilakukan adalah sebagai cara memberantas kebodohan.

Belajar membaca, menulis, berhitung, menghafal dan ragam pembelajaran yang ada di jenjang pendidikan formal atau non formal dan informal itu bagian dari tidak meninggalkan generasi lemah. 

Jangan sampai mewarisi kadar bangsa yang lemah, apakah lemah karena pendidikan, kesehatan dan faya saing ekonominya, kita harus jihad memberantas jahiliyah, mewujudkan jmat yang beradab dan berakhlaqul karimah.

Lewat belajar sepanjang hayat, berarti kita sudah menghargai jasa para pahlawan, dulu jaman kolonial pejuang kita memikirkan bagaimana negeri ini merdeka, banyak pejuang negeri ini mengorbankan nyawanya, tenaga dan semua pemikirannya untuk Indonesia merdeka, bahkan perjuangan RA. 

Kartini sebagai salah satu pejuang perempuan agar ada emansipasi wanita, jangan sampai lerempuan lemah dan derajatnya di rendahkan, kuncinya adalah belajar dan berusaha.

Makna meneruskan jasa para pahlawan adalah berotak london, ini dikandung maksud kalau kita ini sudah pintar baik menjadi seorang ulama atau menjadi teknokrat, ataupun orang yang sukses dimanapun, maka jangan lupa kita harus menyisihkan harta kita untuk berjuang di jalan Allah, bisa lewat tasyaruf pada mereka hang membutuhkan, bagaimana otaknya canggih namun hatinya tidak sejernih air zam zam, bagaimana seseorang berpendidikan tinggi namun pelit mendermakan ilmunya untuk masyarakat secara luas, maka merekalah yang jelas merugi.

Rugi awal adalah kenapa belajar ke beberapa negara, kemudian ilmunya tidak diamalkan, kalau hanya untuk dirinya saja ilmu yang dimiliki namun tidak diamalkan, maka negerj ini tidak ada perubahan, mengamalkan ilmu tak pernah ada ruginya, bahkan amaliyah mereka akan selalu terjaga dan kelak menjadi penerang baginya saat sudah meninggalkan bumi ini. 

Berhati masjidil haram, disini dikandung maksud adalah bahwa apa yang bisa kita berikan kepada bangsa, negara dan agama ini selagi kita masih hidup, perilaku kita sebagai orang pendidik ya harus menerapkan tata krama dan budi pekerti yang baik, ilmu ini harus di berikan sebagai suri tauladan. 

Bagi mereka yang pintar dan cerdas, maka adab harus tetap di dahulukan, menghormati para guru-guru kita yang telah mengajarkan ilmunya, menghormati tetangga, termasuk taat beribadah dan tidak melakukan tindakan kekerasan dan kriminalitas bahkan tindakan melawan hukum. 

Jadilah umat yang patuh terhadap aturan yang ada, baik itu aturan yang diajarkan dalam agamanya, maupun aturan yang diciptakan oleh manusia itu sendoro melalui regulasi negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun