Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Madrasah Diniyah Taklimiyah Itu Penting, Investasi Akhirat

9 September 2020   17:10 Diperbarui: 9 September 2020   17:24 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok nusantaranews.com

Pengembangan pendidikan Islam (tafaqquh fiddin), akhlak moral, karakter dan pengembangan sosial kemasyarakatan menjadi trilogi fungsi Madrasah Diniyah Taklimiyah (MDT), yang terus diperjuangkan.

MDT adalah wajah masa depan Islam Indonesia. Keragaman kultur, budaya, bahasa dan dinamika keagamaan telah menjadikan Islam Indonesia menjadi agama yang moderat, terbuka, toleran dan damai yang mampu berdialektika dengan budaya lokal.

Terkadang kita hidup ini membeda-bedakan saluran pendidikan anak, bagi mereka yang hidup di pedesaan dan para alumni santri ponpes di desa tersebar tersebar banyak hingga basis RW, maka untuk mendirikan Madrasah Diniyah akan mudah. Merekalah para alumni ponpes yang membesarkan Madrasah Diniyah Taklimiyah.

Pondasi anak bangsa Indonesia jelas ada di saran prasana MDT, karena lewat madrasah ini yang banyak diamalkan dalam kehidupan ilmunya di masyarakat kita ini, terutama yang terkait keikhlasan mendidik karakter dan akhlk di bidang agama. 

Ngaji Alquran misalnya, rata-rata merdeka belajar dari guru agama atau dari guru madrasah saat di majlis taklim atau di madrasah. Termasuk menulis dan membaca arab latin. Guru Ngaji sangat berjasa, mereka inilah yang memberikan bekal bagi anak untuk bisa meneruskan ilmunya para nabi.

Perhatian Negara untuk madrasah diniayah taklimiyah lewat kementerian agama, hanya saja bantuan untuk meningkatkan sarpras di dalamnya lebih banyak swadaya msyarakat, warga sepertinya lebih mau mendermakan hartanya untuk masjid nomor satu, ke mdrasah selanjutnya baru kemudian untuk membangun jalan desa. 

Nasib guru madrasah benar-benar harus mandiri, ini bisa terjadi jika di ada regulasi di kab/kota ada perda madrasah, terus Bupati/Walikota merasa penting untuk menganggarkan dana APBDnya untuk meningkatkan mutu, peningkatan kapasitas guru madrasah dan guru ngajinya dan peningkatan sarpras madrasah termasuk honor kalau ada. 

Saat tahlil atau yasinan ya mereka yang pernah ngaji di madrasah akan berbeda hasil keluarannya, wajar jika mereka yang pernah nyantri atau pernah belajar madrasah pastinya mahrojul huruf, bacaan arab dan tulisan arabnya akan lebih bagus dan berkualitas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun