Pesantren menjadi sebuah lembaga pencetak ulama di Indonesia, wajar jika pertumbuhan lembaga ini semakin meningkat di beberapa kab/kota di Indonesia, baik itu pesantren salaf, semi modern atau modern.Â
Adanya pesantren menjadikan warga sekitarnya terangkat ekonominya, karena bisa memanfaatkan lahan rumahnya atau pekarangannya dengan membuka toko atau warung makan, foto copy dan ragam jenis usaha lainnya.Â
Mereka mengais rejeki dengan mengandalkan santri saat belajar di pesantren saat waktu istirahat. Santri pun bisa memanfaatkan waktunya untuk beli di warung makan saat pagi hari, siang hari atau sore hari.Â
Walaupun di dalam pesantren ada warung santri, namun kalau tiap hari menunya sama, pastinya ingin cari ragam menu lainnya, warung masakan warga di kompleks pesantren menjadi alternatif, dan disinilah ada pertumbuhan ekonomi sekitar pesantren.Â
Bayangkan saja jika ada santri di ponpes tersebut ribuan, dan sekali makan saja kisaran Rp  10 ribu maka tiap hari ada puluhan juta perputaran uang harian di wilayah pesantren, wajar jika peluang usaha mendirikan warung makan, toko kelontong untuk kebutuhan santri bahkan buat toko modern pun akan laris manis. Pastinya ada pengaruh saat santri libur sekolah.Â
Bukan hanya warung makan yang mengais rejeki, ada juga jas ojek atau becak untuk antar jemput santri dari pintu masuk pesantren sampai ke lokasi asrama pesantren, karena lokasi pesantren paling banyak tidak dekat dengan jalan raya, tapi paling banyak adalah masuk ke antar desa. Kisaran antara 700 meter hingga 2 kilo dari jarak jalan Kabupaten atau Provinsi atau Nasional.Â
Pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pesantren sangat kentara, sama halnya jika ada kampus di beberapa daerah, maka akan terjadi dampak signifikan setelah kampus ada aktivitas pembelajaran aktif. Bahkan ada pengaruh secara signifikan bila di satu daerah berdirinya kampus negeri/swasta/pesantren/rumah sakit/kawasan industri, ataupun pemanfaatan SDA wisata untuk kesejahteraan warga sekitar lokasi.Â
Efek akselerasi IPM pun akan semakin mempercepat hasilnya, baik di aspek daya saing ekonomi, bidang pendidikan maupun bidang kesehatan. Berbeda manakalah di satu daerah malah menolak bila ada bangunan kampus, sekolah, rumah sakit, layanan publik ataupun perpindahan gedung pemerintahan atau perluasan pusat niaga bisnis di daerah tersebut.Â