Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengais Rejeki Berdagang di Area Pesantren

30 Agustus 2020   09:51 Diperbarui: 30 Agustus 2020   09:52 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Makan Area Pesantren (Dokpri)

Pesantren menjadi sebuah lembaga pencetak ulama di Indonesia, wajar jika pertumbuhan lembaga ini semakin meningkat di beberapa kab/kota di Indonesia, baik itu pesantren salaf, semi modern atau modern. 

Adanya pesantren menjadikan warga sekitarnya terangkat ekonominya, karena bisa memanfaatkan lahan rumahnya atau pekarangannya dengan membuka toko atau warung makan, foto copy dan ragam jenis usaha lainnya. 

Mereka mengais rejeki dengan mengandalkan santri saat belajar di pesantren saat waktu istirahat. Santri pun bisa memanfaatkan waktunya untuk beli di warung makan saat pagi hari, siang hari atau sore hari. 

Walaupun di dalam pesantren ada warung santri, namun kalau tiap hari menunya sama, pastinya ingin cari ragam menu lainnya, warung masakan warga di kompleks pesantren menjadi alternatif, dan disinilah ada pertumbuhan ekonomi sekitar pesantren. 

Pedagang Kaki Lima di Pesantren (Dokpri)
Pedagang Kaki Lima di Pesantren (Dokpri)
Saat liburan santri, warung warga pun akan sepi, bahkan mereka lebih suka meliburkan diri, karena sepinya pembeli, maklum jika ada santri pendapatan harian akan meningkat, minimal masakan yang disediakan akan habis dan besoknya bisa menyediakan masakan kembali. 

Bayangkan saja jika ada santri di ponpes tersebut ribuan, dan sekali makan saja kisaran Rp  10 ribu maka tiap hari ada puluhan juta perputaran uang harian di wilayah pesantren, wajar jika peluang usaha mendirikan warung makan, toko kelontong untuk kebutuhan santri bahkan buat toko modern pun akan laris manis. Pastinya ada pengaruh saat santri libur sekolah. 

Bukan hanya warung makan yang mengais rejeki, ada juga jas ojek atau becak untuk antar jemput santri dari pintu masuk pesantren sampai ke lokasi asrama pesantren, karena lokasi pesantren paling banyak tidak dekat dengan jalan raya, tapi paling banyak adalah masuk ke antar desa. Kisaran antara 700 meter hingga 2 kilo dari jarak jalan Kabupaten atau Provinsi atau Nasional. 

Pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pesantren sangat kentara, sama halnya jika ada kampus di beberapa daerah, maka akan terjadi dampak signifikan setelah kampus ada aktivitas pembelajaran aktif. Bahkan ada pengaruh secara signifikan bila di satu daerah berdirinya kampus negeri/swasta/pesantren/rumah sakit/kawasan industri, ataupun pemanfaatan SDA wisata untuk kesejahteraan warga sekitar lokasi. 

Efek akselerasi IPM pun akan semakin mempercepat hasilnya, baik di aspek daya saing ekonomi, bidang pendidikan maupun bidang kesehatan. Berbeda manakalah di satu daerah malah menolak bila ada bangunan kampus, sekolah, rumah sakit, layanan publik ataupun perpindahan gedung pemerintahan atau perluasan pusat niaga bisnis di daerah tersebut. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun