Sore itu, sebuah nasehat dan pesan moral disampaikan oleh KH. Subhan Makmun Pengasuh Ponpes Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Kyai menyampaikan sebuah ungkapan dari KH. Mustofa Bisri Rembang, saat itu kyai bertanya kepada mbah kyai Mustofa Bisri, sebenarnya ulama itu harus bagaimana dengan umat dan makhluknya. Dijawab oleh Mbah kyai Mustofa, Ulama itu saat melihat umat harus dengan kasih sayang.Â
Kasih sayang ini, bukan hanya kepada umat manusia, tapi kasih sayang dengan makhluknya. Jangan suka membunuh makhluk yang tak berdosa, bahkan jangan mudah membunuh semut disaat menggigit kita, bisa saja saat kita menolong hewan kecil, disaat hewan tersebut jatuh di air, kemudian terlihat nantinya hewan tersebut akan mati, lalu anda mengambilnya atau menolongnya, maka lewat tawasul seperti itu pun ketika yang dilakukan ikhlas, itu bagian dari tawasul masuk surganya gusti Allah SWT.
Apalagi kalau ada umat yang sesama muslim, kok kemudian saling adu domba, saling meremehkan atau menghina temannya atau ulama yang lain, maka sifat yang seperti ini harus di hindari, kalau perlu dibuang jauh-jauh.
Begitu intisari mutiara kyai subhan saat pengajian di rumah H. Tolhah Luwungragi Kecamatan Bulamba, dalam rangka tasyakuran kepulangan haji. Minggu (15/09/2019).Â
Kyai subhan juga berpesan kepada jamaah, nikmat sempat dan sehat itu harganya mahal sekali, oleh karena itu kita yang diberikan untuk mensyukurinya.Â
Nikmat diberikan ruhaniyun dan jasmaniyun ini harus disyukuri dengan baik. Ruh itu dari surga dan sebelum ditaruh ke jasad manusia sebelum lahir, maka sudah di taqlid dan beriman kepada Allah SWT. Â Saat lahir kemudian berubah karena keyakinan yang berbeda itu karena faktor keluarga, anak saat dilahirkan dalam rahim orang muslim, maka akan mengikuti jejak keluarganya. Begitu sebaliknya, jika lain keyakinan. Kalau kemudian mereka yang tadinya beragama non muslim dan mau masuk Islam, itu adalah hidayah dan berkah tersendiri baginya.
Selain mendapatkan ruh, manusia juga mendapatkan  Jasmaniyun atau fisik yang baik, cantik, sehat dan tampan, maka  seyogyanya kita harus bersyukur.Â
Coba anda bayangkan, disaat kita menunaikan ibadah haji, saat kita berjalan menuju masjidil haram maka akan menemui orang yang mengalami disabilitas, ada yang tidak punya kaki, tidak punya tangan dan ragam lainnya, maka bagi kita yang diberikan fisik yang baik dan sehat harus selalu bersyukur.Â
Nikmat itu cenderung lari, makanya harus diikat, untuk mengikatnya dengan syukur. Ibarat hewan kidang, agar tidak lari maka harus di ikat. Ikatan nikmat ini harus kuat dengan cara selalu berbagi harta ke jalan yang benar, apalagi untuk perjuangan islam atau mentasyarufkan hartamu di jalan Allah SWT, termasuk saat belajar ilmu yang kita dapatkan ya harus diamalkan.