Rosulullah SAW itu cerdas dalam hatinya, setiap ucapan seseorang itu akan mudah diterima dan melekat langsung, sedangkan para sahabat nabi itu senangnya menulis dalam penanya. Untuk hafalan tidak bisa menempel, jika menulis bisa membekas di hati. Orang yang banyak menulis maka banyak peninggalannya. Menulis di buku itu membawa kebaikan selamaanya, setelah ditulis lalu di baca, bila bukunya masih utuh maka itu menjadi bekas amaliyah kita selama di dunia.
Demikian disampaikan oleh KH. Subhan Makmun pada saat pengajian Kitab Ta'lim Muta'alim di Ponpes Assalafiyah 2 Saditan Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes Jawa Tengah, Senin ( 9/9/2019).
Kyai subhan menjelaskan lagi, agar ilmu kita dibaca dan membekas hingga puluhan tahun bahkan ribuan tahun maka tulislah ilmumu dalam buku, makanya banyak karangan kitab dari para ulama terdahulu, dimana mereka telah mendapatkan ilmu dari gurunya, dan pena yang digoreskan inilah terdokumentasi dalam kitab, dan ilmu yang ditulis dikitab ini, kemudian dibacakan oleh para ulama yang masih hidup dan ulama yang hidup itu dulu pernah belajar ke gurunya ini lalu menyampaikan ke santrinya, begitu seterusnya.Â
Orang yang mencari ilmu juga dilarang malas dalam belajar, gunakan waktu dengan baik, sempatkan untuk belajar, kalau banyak teman itu terganggu, maka belajar mutholaah saat malam hari, disaat temannya sedang tidur, lalu belajar. Bayangkan jika era tahun 70an, dimana santri belajar pakai ceplik dengan bahan bakar minyak, atau patromak, dulu sulitnya bukan main untuk belajar, bahkan kalau mau cari lampu harus mendatangi penerangan tersebut.Â
Malam itu panjang, jangan sembrono, santri manfaatkan waktu yang ada, kalau mau tidur baca ayat kursi, al ikhlas, alfalak, annas sebanyak 3x lalu ditiupkan ke wajah kita, lalu doa tidur dibacakan, maka hafalan yang kita bacakan tidak cepat hilang.Â
Orang yang ingin belajar, maka carilah guru yang tua, barokahnya beda, karena orangtua dalam mengajar tidak pamer, namun kalau ustad muda terkadang keluar pamer atau dipuji. Jangan kau mengira bangga dengan prestasinya, dan ingin dipuji maka mengurangi barokah ilmunya, jika mengajarkan ilmu kemudian pamer maka barokahnya akan berkurang.Â