Seberapa pun pencapaian ilmu kita, maka harus menjaga sikap ketawadhuan kepada kyai yang sudah memberikan ilmunya. Saat anda belajar ilmu nahwu Alfiyah Ibnu Malik, maka bila sudah hafal, jangan lupa hormat pada guru kita, jangan ada perasaan lebih pinter dari gurunya. Bisa saja generasi sekarang lebih pinter dari pada generasi yang dulu, tapi tetap saja, ulama pendahulu tetap lebih berkahi dan adabnya ulama yang dulu lebih tawadhu dibandingkan dengan ulama sekarang.Â
Demikian disampaikan oleh Sekretaris PWNU Jawa Tengah Dr KH M Arja Imroni, MA dari semarang yang mengisi tausyiyah Khotmil Quran di Pondok Pesantren Assalafiyah Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, minggu (21/04/2019).Â
Perjuangan yang sudah diberikan walaupun miskin tetap mau menyediakan tenaga, materi dan perjuangan untuk membantu dakwahnya rosul, makanya untuk mengisi jejak rosul, diharapkan generasi sekarang mempunyai mental yang kuat dan mau mengamalkan ilmunya yang didapat agar menjadi penerang dan penerus ilmu nabi. Jangan mengharapkan dalam perjuangan membela islam kemudian mengharapkan materi yang lebih, dampaknya tidak memberikan berkah dan barokah.Â
Lanjut Kyai Arja, menghargai sesama muslim itu penting, seperti contoh  saat anda diundang acara walimahan atau acara dari seseorang, maka sebagai bukti hadir diacara tersebut menjadi bagian dari menghormati sesama muslim, dan menjadikan gembira atau bungah pemberi undangan. Ini memberi makna pentingnya silaturokhim untuk ukhuwah islamiyah.Â
Ulama terdahulu dan alim, selalu menggunakan adab atau tawadhu dengan gurunya, mereka mengirimkan doa kepada gurunya walaupun gurunya sudah meninggal dunia, itu dikandung makna ada ikatan batin antara murid dengan gurunya. Bahkan setiap mau mengajarkan ilmu kepada santrinya diawali dengan tawasul kirim doa kepada guru mereka termasuk pengarang kitabnya. Betapa tawadhunya seorang murid kepada gurunya atas ilmu yang pernah diajarkan.Â