Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Jelang Lebaran, Pak Ogah Semakin Bertambah dan Meluas, Dibiarkan atau Diperdayakan

11 Juni 2018   12:53 Diperbarui: 11 Juni 2018   14:53 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ogah Saat Mudik/Doc medan.tribunnews.com

Hampir setiap pemudik, menyisikan sebagian uang receh atau ribuan yang ada di sebelah supir, dengan tujuan persiapan untuk parkir dan tip buat pak ogah, yang bantu pihak aparatur kepolisian dalam menyambut mudik tahun 2018. 

Hanya saja sebagian di nusantara ini, tidak ada standar pelatihan atau spesifikasi pak ogah yang bisa jadi mitra polri, kalau pun ada, masih jadi pro dan kontra terutama dalam regulasinya, mereka datang secara tiba-tiba dan seringnya bergerombol atau sudah menganggap bahwa ini kapplingku, maka orang lain tidak boleh mengaku-ngaku minta jatah preman atas uang yang di dapat. 

Fenomena pak ogah, semakin bertambah bila saat mudik lebaran tiba, maklum mereka tidak kebagian uang ketupat, bahkan pak ogah ini berani pasang tarif jika ada lahan milik warga yang mau di sewa selama musim lebaran untuk lahan parkir dan membuat WC Darurat, toh hasilnya juga spekulasi bisa rugi bisa untung. 

Pak ogah ini macam ragamnya, jika tidak pakai seragam berarti warga lingkungan setempat yang ingin mengais rejeki, kenapa mereka memilih pekerjaan beresiko ino, karena tidak bermodal banyak apalagi uang, cukup lampu, bendera dan rambu stop lalu lintas seperti yang dicontohkan oleh petugas dari kepolisuan lalu lintas, hanya saja mereka terbatas pada fasilitasnya. 

Doc megapolitan.kompas.com
Doc megapolitan.kompas.com
Dikatakan liar, ya memang tidak ada yuridis formal namun faktanya hampir mayoritas disegala penjuru jalan nasional, jalan provinsi hingga jalan kabupaten sudah ada pak ogah, mereka yang menjalankan tugasnya berkelompok dan waktu yang dipilih adalah pagi hingga sore hari. 

Sehari jika saat mudik bisa mencapai ratusan ribu bahkan bisa lebih dari dua juta, tergantung kondisi lalu lintas yang afa dan situasi lebaran saat ini, ketika jalan tol sudah macet, maka pemudik akan mencari jalan lain yang penting cepat sampai tujuan, jika ada pak ogah yang kasih jalan tikus maka pemudik ini pun berani bayar Rp 2ribu, bayangkan jika masuk jalan desa dan kondisi jalan nasional atau provinsi macet, maka setiap tikungan perempatan atau pertigaan jalan desa pun ada pak ogah. 

Secara normatif sebenarnya keberadaan pak ogah itu bisa membantu memperlancar lalu lintas, bila mereka bersabar sebentar, namun bila ada rambu lalu lintas namun tidam ada pak ogah, maka supir atau pengendara mobil juga kesulitan untuk putar arah baik ke kanan maupun ke liri, dengan bayar Rp 2 ribu itu dianggap lumrah dan sangat membantu. 

Para supir mobil mengakui sangat penting adanya pak ogah, hanya saja perlu ditertibkan dan dilatih bila ketersediaan aparatur terbatas, sedangkan mereka melihat sendiri betapa kasihan para pengendara jika mau belok kanan atau kiri tapi kendaraan yang lain tidak memberikan kesempatan kepada mobil yang mau belok, maka bisa 15 menit hingga 30 menit mobil tidak bergerak hanya ingin belok saja, akibatnya bunyi klakson dan bunyi kicauan supir yang lain yang muncul. 

Pak ogah yang diberikan seragam mitra polri, sebenarnya lebih bagus dibandinykan dengan tanpa identitas, karena dengan ada jaket mitra polri, masyarakat beranggapan mereka dilatih oleh polisi lalu lintas dan mendapatkan pengakuan walaupun tidak mempunyai dasar hukum kuat. 

Sekarang muncul lagi bantuan relawan dari banser NU, ada juga dari pramuka, dari organisasi yang punya pasukan khusus keamanan dengan tujuan membantu memperlancar arus mudik diseluruh nusantara ini, namun tetap saja nasib pak ogah tidak akan hilang dari fenomena uang receh ini. 

Ada gula ada semut, ada kesempatan di depan mata ya semua orang ingin berkiprah, wajar karena tidak ada yang membayarnya makanya mereka minta bayaran dari para pengendara kendaraan yang hilir mudik dan minta jasa mereka untuk memperlancar kendaraan anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun