Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Rapi dan Bagus Harus Dimulai Saat Pendidikan Dasar

17 April 2018   07:30 Diperbarui: 17 April 2018   08:30 2455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan anak SD/doc iswandibana.com

Inspirasi penulis adalah saat membaca tulisan anak kok kecil dan sulit dibaca yah, kenapa antara kakak beradik kok hasil tulisannya tidak sama. Ada yang bagus, ada yang kecil-kecil tulisannya, ada yang susah untuk di baca catatan sekolahnya. 

Bagaimana sih cara  menulis di atas kertas dengan rapi, dan bagus, tulisannya bisa enak dibaca dan bu guru di kelasnya merasa tidak kesulitan saat membacanya. 

Adakah yang salah pada generasi anak-anak kita ini, kenapa kualitas menulisnya diatas kertas sangat jauh hasilnya dengan orangtua yang kelahiran tahun 65 hingga 70 an. Mereka bisa menulis dengan tulisan latin yang sangat bagus, mudah dibaca dan saat dulu cara menulisnya tidak diatas kertas tapi diatas sabak. Habis selesai nulis, langsung dihapus lagi, tak ada bekas pakai atas tulisan yang ada, tapi hasilnya sungguh teruji dan terbukti. 

images-1-5ad53e34bde5753fa811c092.jpeg
images-1-5ad53e34bde5753fa811c092.jpeg
Generasi anak zaman now di pendidikan dasar sekarang ini kecenderungannya dalam gaya penulisan tidak mau mencontoh gaya orangtua kita dulu, bahkan bu guru yang kelahiran  tahun 60an dan 70an mencoba melatih mereka dengan telaten dan sabar namun tidak bisa berhasil seperti zaman dulu. 

Anak pelajar zaman now kecenderungan tulisan sangat kecil, untuk ke tulisan latin bagi mereka sulit, kaya anak sekolah di SMK disuruh dulu praktek mesin tik dengan sepuluh jari, saat ada gurunya, siswa ini terlihat mematuhi perintah gurunya, saat gurunya tidak ada, bukan sepuluh jari yang dipraktekkan, namun hanya 4 jari yang efektif dilakukan, wal hasil saat mereka sudah lulus sekolah, maka bukan hasil sepuluh jarinya yang dipraktekkan tapi empat jari itulah hasilnya. 

Namun bagi siswa yang mau mematuhi perintah gurunya dengan praktek serius sepuluh jari maka dalam praktek setelah kuliah di materi keyboard komputer tetap sepuluh jari sudah terlatih dan lebih cepat menulis atau membuat notulensi tanpa melihat papan keyboard lagi. 

Kembali ke anak sekolah zaman now, kelihatannya perlu ada ekstra kurikuler menulis yang rapi dan hasilnya baik, dan bila tidak ada disekolah, maka anak tersebut harus di leskan ke guru privat, kenapa penulis mengatakan seperti itu, karena menulis di kertas itu menjadi salah satu ukuran keberhasilan dalam pendidikan, disamping bisa membaca, menghitung, mengekspresikan serta mengaktualisasikan namun tampilan tulisan tangan juga mencerikan kualitas didikan dari sekolah yang ada. 

Mestinya sebagai guru pendidik, harus mulai menata dari kelas satu tentunya, bila dikelas satu hingga kelas dua hasil tulisan siswanya bagus dan rapi maka hasilnya akan bisa dibanggakan oleh pihak sekolah dan juga orangtuanya termasuk teman sekelasnya.

Jangan ada kekecewaan dikemudian hari, karena tulisan tangannya yang jelek atau nulisnya terlalu kecil-kecil. Bagi santri yang menulis arab pun, harus didasari dari sejak masa kecil, akan bagus jika dilatih dan lama-lama akan bagus dan tentunya lewat menulis akan mendapatkan income yang banyak, contohnya para penulis kaligrafi, mereka dengan tekun belajar bisa menghasilkan karya yang bisa dibanggakan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun