Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hutanku Rusak, Bencana Banjir dan Longsor Pun Kerap Terjadi

12 Maret 2018   12:33 Diperbarui: 12 Maret 2018   18:58 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pixabay.com)

Berturut-turut bencana terjadi, menimpa negeri dan rakyat kita, marilah koreksi diri sendiri, semuanya teguran sang kuasa. Muncul banjir dan longsor dimana-mana, ditambah lagi dengan intensitas curah hujan yang cukup  tinggi, mengakibatkan beberapa daerah di Kab/Koya yang memiliki pegunungan tapi kondisi hutannya rusak (gundul), atau alih fungsi hutan yang meluas, menyebabkan longsor dan banjir terjadi dimana-mana. 

Daerah hilir yang menjadi imbas paling parah, kerugian tidak hanya ratusan juta rupiah tapi milyaran, buku sekolah atau buku bacaan anak di rumahpun hilang tanpa bekas karena air mengalir cukup derasnya hingga semua isi perabotan dan juga alat tulis sekolah pun hilang kebawa arus air. 

Hilir dengan resapan yang kurang, sawah dan tanah sudah berubah menjadi hunian dan pabrik, program penghijauan yang kurang, normalisasi kerap terjadi, naturalisasi sungai yang jarak dilakukan ditambah dengan perubahan masyarakat yang acuh tak acuh membuang sampah sembarangan. 

Bayangkan jika banjir selama sebulan saja berulang-ulang, banjir susulan ataupun longsor susulan kerap terjadi. Padahal upaya menambal sungai agar air saat meluap tidak ikut bocor ke bawa tanggul, ternyata kekuasaan Allah tidak sama dengan harapan yang diminta makhluknya, air tetap bisa meluap dan menggenangi saluran sungai dan rumah-rumah warga. 

Mereka sudah membersihkan sampah dan kotoran yang masuk ke halaman rumahnya dan juga lumpur dan air yang berada di dalam rumahnya, namun selang seminggu kembali air luapan kembali lagi menggenangi rumah dan halamannya, dosa apa yang kami perbuat, kenapa adzab ini menimpa kami secara bertubi-tubi. 

Upaya doa pun dipanjatkan melalui edaran surat tang di kirimkan kepada semua instansi terkait untuk melakukan doa dan dzikir bersama, nacaan istighosah dilakukan oleh semua institusi baik pemerintah maupun swasta dengan harapan nanti ada perubahan yang signifikan dengan ikhtiar yang sudah dipanjatkan. 

Solusi Kembalikan Naturalisasi

Beberapa upaya yang harus dilakukan untuk penataan penghijauan baik dari hulu dan hilir, manusia harus mampu merubahhnya jika ingin kondisi daerahnya itu kembali ke situasi yang nyaman dan aman. 

Hutan harus menjadi habitat sesuai fungsinya, hutan lindung harus dijaga uyuh dari bahaya apapun, paling bahaya adalah penebangan hutan yang dilakukan oleh sekelompok manusia karena rakusnya dunia, habitat alamiyah hutan adalah adanya pepohonan yang rindang, dipenuhi dengan flora dan fauna yang ada. 

Sungai yang ada dikembalikan ke kondisi naturalisasi bukan normalisasi. Semakin di programkan normalisasi maka hilir menjadi imbas bila ada air yang meluap cukup tinggi. 

Setiap rumah harus ada resapan air, jangan membangun rumah tanpa ada tanaman atau pun resapan, saat banjir nanti sulit untuk hilangnya, begitu pula konsep membangun infrastuktur gang atau jalan di desa jangan konsep aspalisasi lebih baik dengan pavingblok seperti yang dilakukan oleh pemkot surabaya, beberapa rumah perumnas dengan kontruksi jalan pavingblok, jika rusak tinggal di perbsiki lebih mudah dan tidak harus aspal lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun