Mohon tunggu...
bahrul ulum
bahrul ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community (KBC) - Jawa Tengah

Apa yang ditulis akan abadi, apa yang akan dihafal akan terlepas, ilmu adalah buruan, pengikatnya adalah tulisan, ikatlah dengan kuat buruan mu itu. (KBC-01)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuatnya Aktivitas Jamiyahan di Nusantara

18 Desember 2017   07:10 Diperbarui: 18 Desember 2017   07:50 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengajian Ibu-Ibu Fatayat di Kec. Tonjong Brebes (dokpri)

Pengajian Jamiyahan di Negeri Indonesia hingga kini  tak pernah sepi dan berhenti, tanpa fasilitasi dana dari uang APBD atau APBD Prov dan APBN pun mereka jalan terus, bahkan mereka tidak menggunakan lembaga badan hukum atau lembaga apapun, yang penting setiap hari senin-minggu secara istiqomah pengajian jamiyahan ibu-ibu berlangsung. 

Jika orang jawa bilangnya pengajian senin pon, selasa paing, atau jumat kliwon dll, ada juga nama pengajian disebutkan seperti pengajian muslimat, pengajian fatayat, ada juga pengajian nurul hidayah, dan jenis nama pengajian yang sekarang ini semakin kuat dan berkelanjutan. Bentuk bacaan yang diikuti ada yang  ngaji dibaiyah, berjanji, tahlil, maupun bacaan yasinan. Semua hadir dengan penuh istiqomah dan diniati dengan penuh ikhlas. 

Silih berganti tempat pengajian jamiyahan ini, baik dari rumah satu ke rumah yang lain, kadang-kadang ada yang bertempat di majlis taklim atau di musholla yang sudah disepakati. 

Mereka secara ikhlas dimana orang yang mendapatkan giliran ini, lalu menyediakan segala snack yang pantas, seperti gorengan tempe, tahu, pisang godog, ketela godog, kacang godog, kadang-kadang juga aneka roti dan ragam jenis lainnya. Tak ada model kemewahan yang terlihat, begitu sederhana dan tidak ada yang mengguncingkan dari hidangan yang disediakan. Baginya menyediakan hidangan yang ala kadarnya, bagian dari amal jariyah yang disisikan dari rejekinya. 

Rata-rata Setiap pengajian berkisar 60 orang hingga 100 orang, kadang satu orang bisa memilih seminggu dua kali hingga empat kali tergantung keputusan dirinya untuk menentukannya. Tidak ada sangsi jika tidak ikut pengajian, dan tidak ada model penggerakan dalam urusan pengajian ini, saat harinya sudah tiba, dan jam yang ditentukan, mereka sudah siap dengan baju seragamnya, atau kadang baju muslimnya untuk mengikuti pengajian sekaligus mendengarkan tausyiyah dari ustad kampung yang diundang oleh pengurus jamiyahan. 

Seorang ustad kampung ini berperan sebagai agen perubahan yang begitu istiqomah menyampaikan, baik pada aspek ubudiyah, tauhid, maupun aspek perkembangan fenomena alam dan juga pergaulan generasi yang sekarang ini, kadang-kadang ustad kampung ini juga menyampaikan masalah tematik terkait kesehatan, pendidikan dan juga masalah kondisi riil yang terjadi di masyarakat. 

Ustad kampung ini berasal dari lingkungan desanya, karena jika pengajian jamiyahn ini mengundang ustad yang cukup terkenal, bisyaroh (honor) yang disediakan sedikit keberatan, apalagi jika harus mengeluarkan bisyaroh lebih dari Rp 200ribu, agaknya keberatan. 

Mereka memilih ustad kampung saja walaupun masih muda, namun karena mereka lulusan pesantren dan atau pernah belajar ilmu di pendidikan agama yang mumpuni, sehingga segala nasehat dan apa yang disampaikan diikuti sesuai dengan perintah yang ada di Alqur'an dan Hadits serta keputusan para ulama sekarang ini (ijma dan qiyas). 

Walaupun waktu pengajian sangat terbatas, yakni dari jam 14.00-16.00 WIB (2 jam) namun dengan waktu yang ada dimanfaatkan untuk semua rangkaian, baik itu pengajian bacaan bersama, maidhotul khasanah ustad kampung, dan juga informasi yang terbaru untuk para peserta jamiyaha, termasuk juga waktu istirahat untuk menikmati hidangan yang disediakan. 

Bahkan jika ada informasi terkait pada anggota jamiyahan yang sakit atau meninggal dunia, maka secara otomatis, para anggota jamiyahan ini menggalang dukungan sosial untuk membantu sesama anggota pengajian, dan mengirimkan doa kepada mereka yang sakit atau terkena musibah, dengan harapan agar yang sakit bisa sembuh, dan yang kena musibah diberikan kesabaran dan keteguhan hati. 

Rasa bangganya seorang ibu saat mengikuti jamiyahan, mereka tidak pernah bosan atau bahkan berhenti ngaji, dimana ada pengajian di desanya mereka akan mengikutinya, selagi badan dan nyawanya masih menempel pada raganya, semangat untuk mengikuti pengajian masih tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun