Pembelian jet tempur Su-35 oleh Iran dari Rusia menarik perhatian global karena potensinya untuk mengubah nasib program ekspor jet tempur Rusia, terutama setelah kegagalan ekspor ke negara-negara seperti Indonesia dan Mesir.
Latar belakang kegagalan ekspor Su-35 sebelumnya melibatkan Indonesia dan Mesir yang sempat memesan Su-35 pada 2017-2018, namun membatalkan pesanan akibat ancaman sanksi ekonomi Barat, termasuk tekanan AS melalui CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act). India menghentikan tender MMRCA pada 2020, sementara China hanya membeli 24 unit untuk transfer teknologi, menunjukkan keterbatasan daya tarik Su-35 di pasar global akibat persaingan dengan jet tempur generasi kelima seperti F-35 atau J-20. Faktor penghambat lainnya termasuk ancaman sanksi Barat, biaya perawatan tinggi, dan persaingan dengan varian Sukhoi lain seperti Su-30SM dan Su-57 yang membuat Su-35 sulit menembus pasar.
Signifikansi pesanan Iran terhadap Su-35 dengan skala pembelian dilaporkan mencapai 24-50 unit dan rencana pengembangan hingga 64 unit, menjadikannya pesanan terbesar setelah China dan mendekati target ekspor 100 unit yang pernah diharapkan Rusia. Modernisasi armada udara Iran, yang masih mengandalkan jet era Perang Vietnam seperti F-4 Phantom II dan F-5E/F, diharapkan dapat meningkat dengan adanya Su-35 meskipun efektivitasnya diragukan tanpa sistem pertahanan udara terpadu seperti S-400. Selain itu, personel Iran telah berlatih di Rusia dan pangkalan udara seperti di Isfahan sedang dipersiapkan untuk menampung Su-35.
Pesanan Iran terhadap Su-35 berpotensi memberikan suntikan keuangan signifikan yang dapat mempertahankan produksi hingga 2030-an, terutama karena industri pertahanan Rusia saat ini fokus pada perang di Ukraina. Kesepakatan ini juga memperkuat aliansi Iran-Rusia setelah penandatanganan kemitraan 20 tahun pada Januari 2025, dengan imbalan drone Shahed-136 buatan Iran yang digunakan di Ukraina. Selain itu, kesuksesan ekspor ke Iran dapat menarik perhatian negara lain yang kurang terpapar sanksi Barat, seperti Suriah atau Aljazair, untuk mempertimbangkan Su-35.
Pembelian Su-35 oleh Iran dari Rusia menghadapi tantangan dan risiko signifikan, termasuk potensi pelanggaran sanksi internasional dari PBB dan AS, khususnya Resolusi DK PBB 2231 yang membatasi transfer teknologi militer ke Iran, serta kemungkinan sanksi sekunder terhadap Rusia. Selain itu, ancaman dari Israel, yang telah menunjukkan kemampuan menghancurkan sistem pertahanan udara Iran seperti S-300 melalui serangan stealth F-35I, membuat Su-35 rentan diserang di landasan atau melalui rudal balistik. Iran juga menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan Su-35 dengan sistem radar domestik, melatih pilot, dan memperbaiki jaringan pertahanan udara yang rusak, yang dapat memakan waktu bertahun-tahun.
Pembelian Su-35 oleh Iran memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Dengan dilengkapi radar Irbis-E yang memiliki jangkauan 400 km dan rudal R-77-1, Su-35 dapat mengancam F-16/F-15 Israel meskipun F-35I tetap unggul dalam teknologi stealth. Perlombaan senjata regional mungkin akan meningkat, dengan negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab kemungkinan meningkatkan pembelian jet tempur AS/Eropa untuk menyeimbangkan kekuatan Iran. Selain itu, ekspor Su-35 ke Iran memperkuat posisi Rusia sebagai pemain kunci di Timur Tengah, bersaing dengan AS dan NATO.
Ppembelian Su-35 oleh Iran bisa menjadi titik balik bagi program ekspor jet tempur Rusia, meskipun tidak tanpa risiko. Jika sukses, ini membuka peluang bagi Rusia untuk memulihkan reputasi Su-35 di pasar global. Namun, tantangan seperti sanksi, ancaman militer Israel, dan kompleksitas integrasi sistem tetap menghantui. Bagi Iran, modernisasi ini adalah langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat, meski belum cukup untuk mengimbangi kekuatan udara Israel yang didukung AS.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI