Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merangkul Lawan

7 November 2018   00:33 Diperbarui: 7 November 2018   00:44 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prof Yusril IM balik arah . . . jadi pembela tanpa bayar pula. Wow .  .

"Pak Erick Thohir (Ketua Timses Jokowi-Ma'ruf) mengatakan bahwa jadi lawyer Pak Jokowi dan Kiyai Ma'ruf ini pro deo alias gratis tanpa bayaran apa-apa. Saya bilang saya setuju saja," kata Yusril kepada Kompas.com, Senin (5/11/2018).

Situasi 'tegang' perang politik dalam hari-hari menjelang pilpres 2019, bisa dirasakan oleh semua, seluruh masyarakat disemua tingkat, bisa merasakan. Ini misalnya terlihat dalam usaha divide and conquer dengan menggerakkan radikalisme (sebagai pengganti komunisme itu) untuk menghasut dan memecah belah. Tetapi disamping itu banyak juga kejadian-kejadian menarik dan jadi 'hiburan', atau setidaknya menghilangkan situasi boring yang selalu menimpa masyarakat kalau tidak terjadi apa-apa, misalnya kalau tidak ada ucapan-ucapan konyol yang 'menghibur' dari FH atau FZ atau AR atau tanpa situasi 'menghibur' seperti hoax RS + seorang dokter yang berani nukik begitu dalam berkicau membenarkan RS sebagai korban pemukulan. Ini kalau saya tinjau dari sudut hiburannya saja he he . . .

Kejadian kembalinya prof Yusril ke 'pangkuan ibu pertiwi' cukup menarik. Ini adalah salah satu contoh konkret soal perjuangan politik di Indonesia menjelang pilpres 2019. Kubu petahana Jokowi menarik lawan untuk melawan lawan. Dan ini bukan yang pertama terjadi dikubu Jokowi. Sudah sering dan bahkan dikalangan partai-partai juga terjadi. Dan berhasil pula.

Kalau yang lebih klasik ialah mengadu domba lawan (divide and conquer) dipakai oleh kekuatan luar mengadu domba bangsa Indonesia. Tetapi kubu Jokowi tidak percaya kepada taktik pecah belah ini, tetapi ambil yang lebih 'modern' itu he he . . . Dan memang terlihat hasilnya langsung. Mengapa taktik ini bisa berhasil bagus, tentu Jokowilah yang lebih tahu dan sudah mendalaminya. Luar biasa memang analisanya soal kontradiksi nasional maupun internasional. Inilah analisa kontradiksi dengan mengikut sertakan kedalam pertimbangannya semua tradisi serta way of thinking orang-orangnya atau penduduknya.

Itulah perjuangan politik dengan semua zigzagnya atau liku-likunya untuk bisa menjapai tujuannya. Dalam hal ini tujuan Jokowi jelas bagi semua: MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT SECARA NASIONAL. Itulah politik NASIONALISME sejati. Siapakah yang menentang arus ini dan mengapa?

Semua atau hampir semua orang sekarang sudah bisa melihat atau merasakan 'arus populis' atau tepatnya arus nasionalisme sedang melanda seluruh dunia. Di Eropah, di AS Trump, dan tak diragukan tentunya semua negeri berkembang yang belum atau tidak tunduk kepada neolib global NWO.

Kalau pada abad 19 dunia dihantui oleh komunisme, abad 21 dunia dihantui oleh 'populisme' atau nasionalisme. Jadi "The Spectre of Communism" sudah digantikan oleh "The Spectre of Nationalism". Hantu Marx diseluruh dunia sudah ganti jadi hantu nasionalisme. Di Indonesia hantu komunisme Marx telah digantikan oleh 'hantu' nasionalisme Soekarno yang sekarang di bawakan oleh presiden Jokowi. Memang ada usaha dari pihak neolib/NWO menggantikan ideologi komunisme dengan ideologi radikalisme, tetapi inipun sudah tertelanjangi dan karena  itu Radikalisme tidak mungkin menandingi arus besar Nasionalisme yang telah melanda seluruh benua dunia itu.

Radikalisme sebagai pengganti komunisme itu selain arus utamanya memecah belah (divide and conquer) diperkuat juga dengan gerakan lainnya terutama ialah korupsi dan narkoba, tetapi juga dengan gerakan-gerakan lainnya untuk melemahkan kekuatan dan gerakan utama nasionalisme itu seperti gerakan LGBT, gerakan kawin-mawin homo, gerakan anti agama dan anti kultural seperti 'famili baru' dimana kedua orang tua dari satu jenis kelamin, dan anak tak berkelamin, gerakan child-sex trafficking, perlontean homo/boy, pedofil, macam-macam gerakan perubahan sosial dan kultur masyarakat. Ini termasuk juga dalam gerakan social engineering atau social manipulation.

Di Indonesia dimanfaatkan gerakan divide and conquer ini dalam acara utama pilpres 2019. Presiden petahana nasionalis Jokowi akan digeser dengan sekuat tenaga oleh penentang politik nasionalis ini yaitu kaum globalis neolib NWO. Neolib NWO memanfaatkan pesaing Jokowi yaitu capres nr 2 Prabowo se efektif mungkin, terutama dengan bantuan kelompok radikalisme pengganti komunisme itu. Walaupun Prabowo juga sering memakai nama nasionalis atau ngomog bercita-cita nasionalis, tetapi kepercayaan rakyat tidak penuh kepadanya karena sikap dan tindakannya dimasa lalu yang  telah merusak hati sanubari rakyat, karena menghilangkan orang-orang aktivis.

Dari segi dukungan langsung neolib/NWO kepada pihak Prabowo memang tidak terlihat atau di tidak dipercayai sepenuhnya oleh pihak NWO, kalau kita bandingkan misalnya dengan dukungan neolib/NWO dalam pilpres Brazilia, atau Perancis atau Italia dimana keberpihakan neolib/NWO sangat jelas, pro neolib atau pro nasionalis. Prabowo masih diragukan keberpihakannya  kepada NWO, dan ini terlihat juga dari rekayasa peristiwa Ratna S yang terang-terangan menjatuhkan Prabowo. Tetapi dalam soal pilpres kali ini, NWO betul-betul yang dimanfaatkan ialah politik divide and conquer saja: oposisi + radikalisme KONTRA petahana nasionalis Jokowi sebagai musuh utama. Bagi nasionalis Jokowi, lawan sesungguhnya bukan anak bangsa tetapi kekuatan diluar bangsa sendiri yaitu kekuatan globalis neolib NWO yang mau menguasai dunia dengan tyrani globalnya. Dan menguasai pemerintahan Indonesia terutama tujuan menguasai dan mengeruk kembali SDAnya, dan menjadikan Indonesia boneka NWO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun