Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Radikalisme Lempar Batu

27 Oktober 2018   17:42 Diperbarui: 27 Oktober 2018   17:43 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Grup pemecah belah ini semakin kalap, tidak berhasil dengan kalimat tauhid dan bendera HTI, lempar jendelapun jadi. Jendela kaca Kantor NU di Magelang dilempar batu kemarin, Sabtu  26/10.


"Ini provokasi, upaya untuk membuat kacau suasana. Warga NU dan Ansor jangan terprovokasi, ini upaya untuk adu domba," kata Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah, Sholahudin Aly - detiknews.

Ini namanya pernyataan yang berkesedaran tinggi. Divide and conquer lanjutan komunisme Marx semakin dipahami oleh publik yang luas. Komunisme telah digantikan dengan Radikalisme, disini dengan lempar jendela kantor lawan dengan batu bermaksud bikin provokasi menghidupkan perpecahan. 

Dengan provokasi bendera tauhid HTI di Garut sudah gagal total mau bikin perpecahan besar terutama dengan organisasi islam besar NU. Organisasi NU ini cinta nasional dan Pancasila. Sangat bertentangan dengan cita-cita global neolib/global untuk bikin NWO, pembenci nasionalisme bangsa-bangsa dunia. NWO tidak mungkin berdiri bersamaan dengan negara-negara nasional, karena punya kepentingan saling bertentangan, kepentingan nasional atau kepentingan global tyrani internasional. 

Dan kedua kepentingan ini telah menjadi KONTRADIKSI UTAMA DUNIA. Semua kontradiksi-kontradiksi lainnya mengabdi kepada kontradiksi utama ini. Contohnya Saracen atau HTI, atau pecah belah 1965. Kepentingan siapa disitu? Kepentingan nasional KONTRA kepentingan internasional neolib, menguasai dan menyerakahi SDA. 

Jadi konfliknya jelas perjuangan antara kepentingan nasional KONTRA kepentingan global neolib NWO. Begitu di Indonesia, begitu seluruh dunia dengan berbagai variasinya. Di Timur Tengah pakai radikalis ISIS, di Afrika Bokhuharam, di Eropah dan AS pakai neo-nazi dan antifa-nya, di Skandinavia pakai nordic-resistance dsb. 

Gerakan-gerakan radikal ini semakin kalap karena gerakan nasionalis dunia semakin maju dan mencuat dimana-mana. Sikap dan politik nasionalis Jokowi tentu jadi duri besar bagi penggiat gerakan radikalisme komunis ini. Indonesia negeri besar kaya SDA dan kestrategisannya dalam perpolitikan dunia jelas jadi inceran utama NWO neolib global. Kalau Indonesia berhasil dijadikan bastion NWO, ini akan membantu bagi deep state NWO menguasai Asia Tenggara.

Di AS untuk menjatuhkan nasionalis Trump, barusan saja pakai surat bom, yang katanya dikirim oleh seorang pendukung Trump. Trump bilang usaha terror ini adalah untuk menjatuhkan dia, dan ini adalah akibat dari MSM yang selalu bikin fake news, bikin hoax, tidak mendidik masyarakat katanya. Betul juga memang, bagaimana mengajarkan kebaikan sesama warga dengan hoax? Fake News? Atau dengan pantun Sontoloyo? Trump sudah menjadi musuh bebuyutan deep state NWO.

Hoaks komunisme sudah tertelanjangi, hoaks radikalisme digiatkan terus sebagai lanjutan komunisme. Tetapi publik semakin tinggi kesadarannya dan bisa menangkis semua hoaks pecah belah itu. Perlu ditambahkan juga bahwa Marx sudah pernah menggiatkan radikalisme sebelum dia mengarang komunisme (sebelum 1848). 

Jadi radikalisme bukan baru, hanya dipakai lagi karena komunismenya sudah tertelanjangi tak laku lagi. Komunisme adalah  hoaks terbesar paling berbahaya sepanjang sejarah kemanusiaan. Sekarang namanya 'radikalisme'.

Soal hoaks komunisme bisa digoogle disini:

 The Communist Hoax | Optimal Health Revival

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun